Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakal Cagub DKI Ini Bandingkan Penataan Kali di Jakarta dan Melaka

Kompas.com - 21/04/2016, 16:45 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama soal penataan bantaran kali kembali dikritik.

Kali ini, kritik muncul dari aktivis perempuan yang sudah mendaftarkan diri sebagai bakal calon gubernur DKI, Luluk Nur Hamidah.

Luluk mengaku bingung akan kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang dinilainya tidak suka dengan warga bantaran kali.

"Seperti di Kali Ciliwung, bagi penguasa sekarang kan cuma bikin mata sepet saja karena airnya hitam, sampah menumpuk. Cara paling cepat adalah bagaimana memisahkan penduduk dengan sungai itu," ujar Luluk dalam sebuah diskusi di Jalan Utan Kayu Raya, Jakarta Timur, Kamis (21/4/2016).

(Baca: Daftar Cagub PDI-P, Politikus PKB Ini Sindir Pemerintahan Ahok)

Padahal, kata Luluk, bangunan di bantaran kali bukan sekadar bangunan yang berdiri di lahan milik negara saja.

Ada lingkungan sosial yang sudah terbangun sejak puluhan tahun di sana. Kehidupan sosial dan ekonomi pun sudah terbangun di bantaran kali itu.

Menurut dia, menggusur warga bantaran kali sama dengan menghancurkan kehidupan warga.

"Anak-anak dipisahkan dari tempat di mana mereka pertama kali melihat dunia. Itu sakit sekali. Itu menyakitkan dan sangat traumatik," ujar Luluk.

Lalu, apa solusi yang ditawarkan Luluk? Ia mengatakan warga bantaran kali tidak selalu harus disingkirkan.

Wajah mereka juga tidak harus selalu kumuh dan kotor. Ia ingin Pemprov DKI menghidupkan kembali manfaat sungai untuk digunakan oleh warga.

Salah satunya dengan memperindah kawasan bantaran kali tersebut. Dengan gagasan ini, Luluk ingin pembangunan di Jakarta dilakukan dengan pendekatan kemanusiaan.

(Baca: Ahok Mengaku Buka Pintu Dialog dengan Warga Sebelum Penertiban)

"Kenapa sih kita enggak belajar dengan Melaka, Malaysia? Di Melaka, sepanjang sungai yang membelah, ada bangunan yang semuanya indah. Rumah-rumah itu tetap dihuni tetapi bangunannya manis," ujar Luluk.

"Agar kita enak berperahu di sungai karena ada mural temboknya. Kemiskinan tidak tampak," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com