JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama soal penataan bantaran kali kembali dikritik.
Kali ini, kritik muncul dari aktivis perempuan yang sudah mendaftarkan diri sebagai bakal calon gubernur DKI, Luluk Nur Hamidah.
Luluk mengaku bingung akan kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang dinilainya tidak suka dengan warga bantaran kali.
"Seperti di Kali Ciliwung, bagi penguasa sekarang kan cuma bikin mata sepet saja karena airnya hitam, sampah menumpuk. Cara paling cepat adalah bagaimana memisahkan penduduk dengan sungai itu," ujar Luluk dalam sebuah diskusi di Jalan Utan Kayu Raya, Jakarta Timur, Kamis (21/4/2016).
(Baca: Daftar Cagub PDI-P, Politikus PKB Ini Sindir Pemerintahan Ahok)
Padahal, kata Luluk, bangunan di bantaran kali bukan sekadar bangunan yang berdiri di lahan milik negara saja.
Ada lingkungan sosial yang sudah terbangun sejak puluhan tahun di sana. Kehidupan sosial dan ekonomi pun sudah terbangun di bantaran kali itu.
Menurut dia, menggusur warga bantaran kali sama dengan menghancurkan kehidupan warga.
"Anak-anak dipisahkan dari tempat di mana mereka pertama kali melihat dunia. Itu sakit sekali. Itu menyakitkan dan sangat traumatik," ujar Luluk.
Lalu, apa solusi yang ditawarkan Luluk? Ia mengatakan warga bantaran kali tidak selalu harus disingkirkan.
Wajah mereka juga tidak harus selalu kumuh dan kotor. Ia ingin Pemprov DKI menghidupkan kembali manfaat sungai untuk digunakan oleh warga.
Salah satunya dengan memperindah kawasan bantaran kali tersebut. Dengan gagasan ini, Luluk ingin pembangunan di Jakarta dilakukan dengan pendekatan kemanusiaan.
(Baca: Ahok Mengaku Buka Pintu Dialog dengan Warga Sebelum Penertiban)
"Kenapa sih kita enggak belajar dengan Melaka, Malaysia? Di Melaka, sepanjang sungai yang membelah, ada bangunan yang semuanya indah. Rumah-rumah itu tetap dihuni tetapi bangunannya manis," ujar Luluk.
"Agar kita enak berperahu di sungai karena ada mural temboknya. Kemiskinan tidak tampak," tambah dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.