Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menunggu Keputusan Megawati untuk Jakarta

Kompas.com - 22/08/2016, 07:12 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Keputusan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 dapat dikatakan paling ditunggu oleh partai-partai yang tergabung dalam koalisi kekeluargaan maupun bakal calon petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

PDI-P merupakan satu-satunya partai politik yang dapat mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur sendiri, tanpa berkoalisi.

Partai berlambang banteng moncong putih tersebut memiliki 28 kursi di DPRD DKI Jakarta. Jumlah ini melebihi syarat minimal parpol untuk mengajukan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, atau sebanyak 22 kursi di DPRD DKI Jakarta.

Berkali-kali, Ahok mengungkapkan keyakinan dirinya untuk diusung oleh PDI-P dengan menggunakan hak prerogatif yang dimiliki Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Meskipun demikian, banyak dinamika politik serta penolakan yang terjadi di dalam tubuh PDI-P terhadapnya. Kemudian, seberapa besar peran Megawati dalam mengambil keputusan partai?

"Hak prerogatif Ibu Megawati selama ini tetap berproses dan juga mendengar masukan dari banyak pihak. Sehingga itu menjadi sebuah keputusan politik yang juga berakar dari intuisi politik dan pertimbangan politik dari Ibu Megawati," kata Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, para pengurus yang tergabung dalam DPC, DPD, dan DPP tetap memberi masukan kepada Megawati. Hasto menjelaskan, Megawati tak pernah memutuskan secara sepihak. Dia mendengarkan berbagai masukan dari bawah tersebut.

"Jadi hak prerogatif juga akan digunakan secara sungguh-sungguh di dalam mengawal kepentingan bangsa dan negara," kata Hasto.

Dia mencontohkan ketika Joko Widodo dibawa dari Wali Kota Surakarta untuk diusung menjadi calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada DKI Jakarta 2012. Nama Jokowi muncul dari proses pemetaan politik. Kemudian proses tersebut diputuskan oleh Megawati dengan bertanya kepada DPD dan DPP.

"Demikian pula di sini, Pak Bambang DH (Plt Ketua DPD PDI-P) di bidang internal secara khusus dan juga menyiapkan laporan tertulis kepada ibu Ketum. Sehingga, keseluruhan proses politik yang ada memenuhi konstitusi partai," kata Hasto.

PDI-P, lanjut dia, mengedepankan kelembagaan politik untuk melahirkan calon pemimpin yang benar-benar disiapkan partai.

"Dengan demokrasi yang seperti itulah, kami bisa melahirkan Pak Jokowi, Bu Risma (Wali Kota Surabaya), atau Pak Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah)," kata Hasto. (Baca: Jika Usung Ahok-Djarot, Kepercayaan Diri PDI-P Dipertanyakan)

Ahok sebelumnya mengaku telah mendapat restu dari Megawati untuk mengikuti pilkada DKI. Syaratnya, Ahok kembali berpasangan dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat yang juga menjabat Ketua DPP PDI-P bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan.

Hal itu diungkapkan Megawati ketika bertemu Ahok, Djarot, dan Hasto di kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (17/8/2016) lalu. Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDIP Ahmad Basarah menyebut, sejauh ini, Megawati belum memberikan keputusan ataupun instruksi terkait Pilkada DKI 2017.

Belakangan, pernyataan Ahok yang ingin kembali berpasangan dengan Djarot bukan meminta dukungan dari PDI-P saat bertemu Megawati membuat Ketua DPP PDI-P Andreas Pareira bersuara. Ia menilai Ahok memiliki rekam jejak buruk dalam dunia politik dan berharap semua parpol yang sudah menyatakan dukungannya untuk berpikir ulang supaya tidak menjadi korban pragmatisme Ahok.

"Pola yang dipakai Ahok mengadu domba, memecah belah antara kader dengan kader, bahkan Ahok dengan licik mencoba mengadu domba antara Djarot dengan partainya PDI-P, berlindung di balik ceritanya tentang dukungan dari Ketum PDI-P," ungkap Andreas. (Baca: Ahok Dianggap Pragmatis, Politisi PDI-P Harap Parpol Pikir Ulang untuk Beri Dukungan)

Kompas TV PDIP Belum Umumkan Cagub di Pilkada DKI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com