Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirut Transjakarta: Kami Tak Pernah Arahkan Karyawan untuk Beli Seragam

Kompas.com - 31/08/2016, 18:56 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono mengatakan, pihaknya tidak mewajibkan atau mengarahkan semua karyawan PT Transjakarta untuk membeli seragam menggunakan uang mereka sendiri.

"Kami enggak pernah mengarahkan mereka (karyawan) untuk beli seragam," ujar Budi di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (31/8/2016).

Budi menyebut, hingga kini masih ada karyawan on board PT Transjakarta yang menggunakan batik, bahkan seragam putih.

Hal itu terjadi karena tidak adanya keharusan dari PT Transjakarta untuk membeli seragam.

(Baca juga: Direktur Utama: Transjakarta Tak Mungkin Bayar Gaji Pegawai di Bawah UMP)

Budi juga menyatakan bahwa PT Transjakarta menyiapkan seragam untuk karyawannya.

"Enggak (ada kewajiban membeli sergam), kita adain. Cuma memang pengadaan ini lagi kita desain dengan suatu warna yang baru, desain model yang baru. Mungkin bulan depan baru ada lagi," kata dia.

Dari keterangan-keterangan yang dia terima, kemungkinan para mantan karyawan yang mengatakan perusahaan mewajibkan mereka membeli seragam itu merujuk pada pengalaman mereka bekerja sebelumnya.

"Dari keterangan-keterangan yang ada, mereka itu mencampuradukkan masa lalu pada saat mereka pernah bekerja atau bagaimana dengan yang sekarang. Jadi kita mesti pilah-pilah dulu yang mana nih. Kita mesti cari tahu. Tetapi dari kita enggak ada keharusan itu," ucap Budi.

Sebelumnya, salah satu mantan karyawan PT Transjakarta, Awaludin, mengungkapkan kewajiban dia dan pekerja lainnya membeli seragam seharga Rp 200.000 hingga Rp 500.000 untuk bekerja.

Seragam yang dimaksud adalah kemeja dan celana bahan berwarna abu-abu dan merah, berikut dengan topi dan atribut lainnya.

Saat akan menandatangani kontrak kerja dulu, Awaludin mengaku diberi tahu harus membeli seragam dan membayar kepada koordinator lapangan.

Ia mengaku tidak diperbolehkan bekerja jika tidak mau membeli seragam tersebut.

(Baca juga: Di Pasar Senen, Seragam Pegawai Transjakarta Dijual Rp 170 Ribu)

Atribut yang diberikan secara cuma-cuma oleh pihak perusahaan, menurut Awaludin, hanya kaus polo biru bertuliskan "Transjakarta" yang dikenakan setiap hari Jumat, jas hujan, dan sepasang sepatu hitam.

Sementara itu, seragam yang harus dibeli itu lebih sering digunakan saat hari kerja sehingga karyawan secara tidak langsung perlu memiliki dua setel seragam tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com