Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegeraman Ahok dan Rencana Hentikan Hibah untuk Bamus Betawi

Kompas.com - 07/09/2016, 07:13 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Badan Musyawarah (Bamus) Betawi rutin menerima dana hibah dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, besarnya dana hibah itu mencapai Rp 4 miliar hingga Rp 5 miliar setiap tahunnya.

Namun, Basuki kecewa karena Bamus Betawi justru bersikap politis dengan menyerukan seruan anti-Ahok dan ajakan memenangkan gubernur Betawi pada acara Lebaran Betawi. Padahal, seharusnya kegiatan tersebut dijadikan ajang silaturahim dan pertunjukkan kesenian Betawi.

"Yang masalah itu mereka menggunakan Bamus Betawi yang minta hibah dari kami untuk main politik. Itu udah melanggar Pancasila dan UUD 1945, dia bilang Jakarta harus Betawi yang jadi gubernur dia. Itu udah enggak betul," ujar Basuki atau Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (6/9/2016).

Ahok pun berencana menghentikan pemberian dana hibah untuk Bamus Betawi. Sebab, dia tidak ingin Bamus Betawi menggunakan uang rakyat untuk berpolitik dan menyebar pesan kebencian atau SARA.

"Kalau saya sih enggak takut, silakan saja. Cuma, maksud saya, Anda ini enggak boleh nerima uang hibah untuk Bamus Betawi yang berpolitik. Makanya saya bilang harus di-stop," ujar Ahok.

(Baca: Ahok Akan Hentikan Hibah untuk Bamus Betawi karena Desak Gubernur Harus Betawi)

Bamus Betawi membantah

Bamus Betawi membantah bila memaksakan jabatan gubernur DKI Jakarta dari Betawi. Ketua Bamus Betawi, Zainudin, menjelaskan, pihaknya hanya menyodorkan nama-nama untuk menjadi bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta.

Saat ini, ada empat nama yang disodorkan ke partai, yakni Saefullah, Sylviana Murni, Nachrowi Ramli dan Abraham 'Lulung' Lunggana. Keempat nama itu hasil godokan dari internal Bamus Betawi.

"Bamus Betawi netral dan tidak mendukung calon gubernur. Kami tawarkan empat tokoh nama. Itu bukan politik. Jadi Pak Gubernur ada salah informasi," kata Oding, sapaan Zainudin, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Selasa (6/9/2016).

Menurut Oding, sebagai bagian dari putra asli daerah, tak jadi persoalan bila menyodorkan nama-nama untuk dipilih jadi cawagub. Hal itu juga diakui lumrah terjadi di beberapa daerah.

Untuk persoalan calon gubernur, Oding menyerahkan ke partai. Siapa pun pilihannya, Bamus Betawi akan mendukung. Oding menyayangkan bila Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menghentikan dana hibah untuk Bamus Betawi. Sebab, dana itu merupakan bagian dari pengembangan putra daerah, Betawi.

Namun, Oding tidak menjelaskan seruan anti-Ahok yang terjadi saat Lebaran Betawi. Padahal, itulah yang paling dipermasalahkan Ahok.

Lebaran Betawi sarat seruan anti-Ahok

Suasana berbeda terasa dalam pelaksanaan Lebaran Betawi 2016. Biasanya Lebaran Betawi diisi dengan proses hantaran dari tiap wali kota ke gubernur, silat Betawi, lenong Betawi, qasidah, dan lain-lain. Lebaran Betawi yang diselenggarakan di Lapangan Banteng pada 12-14 Agustus, penuh dengan pesan politik.

Halaman:


Terkini Lainnya

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com