Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hikayat Secangkir Teh dan Jubah Pangeran

Kompas.com - 24/10/2016, 17:00 WIB

Sumur-sumur tua tak hanya mengalirkan mata air bagi warga kota. Sebuah sumur tersohor karena dipakai ahli untuk menyeduh teh. Ada pula hikayat Pangeran Jayakarta yang bersembunyi di sebuah sumur tua. Dari cerita heroik dan secangkir teh menjadi saksi asal mula ribuan sumur yang saat ini bertebaran di Jakarta.

Lapangan Banteng sepi. Hanya beberapa tukang parkir dan tenaga keamanan bercengkerama di dekat pintu masuk lapangan. Letak pintu masuk itu tepat berhadapan dengan Masjid Istiqlal. Tidak jauh dari situ, Samsuri (80) menuangkan air panas ke gelas. Air panas ditaruh di dalam termos yang dibawa dari rumah. Rasa kopi dan teh buatan nenek 14 cicit ini pas tanpa perlu ketat menakar racikan teh/kopi dan gulanya.

"Dulu awal-awal jualan di sini ada sumurnya. Airnya bagus, jernih. Orang-orang pakai mandi, bahkan minum. Jadi tidak perlu jauh-jauh bawa air sendiri," kata Samsuri, yang telah berjualan di Lapangan Banteng sejak 1977 ini, Rabu (19/10).

Sumur itu dulu dilengkapi mesin pompa manual. Meski begitu, tambahnya, sumur itu telah ditutup beberapa tahun lalu. Saat ini, dia membeli air untuk kebutuhan minum sehari-hari. Jejak sumur tua itu sekarang tidak terlihat lagi.

Tidak dapat dipastikan apakah sumur yang diceritakan Samsuri itu sama dengan yang ditulis Tio Tek Hong dalam Keadaan Jakarta Tempo Doeloe (Masup Jakarta, 2006). Tio Tek Hong menyebutkan, di Lapangan Banteng atau Waterlooplein ada sebuah sumur yang airnya jernih. Orang Tionghoa suka mengambil air itu karena baik dan cocok untuk menyeduh teh.

"Ahli teh menggunakan air itu untuk mengetahui mana teh yang baik dan yang mana tidak baik," tulisnya.

Nasib sumur ini hampir sama dengan sumur bor pertama yang berada di wilayah tersebut. Sumur yang dibangun pada 1843 itu berada di Benteng Prince Frederick. Kawasan benteng itu sekarang merupakan lokasi Masjid Istiqlal.

Sumur dibuat tidak sekadar sumur, tetapi juga diberi hiasan dan ornamen. Pembuatan sumur lalu berkembang terus. Hingga 1870 telah terbangun enam sumur bor lainnya, termasuk di sebelah utara Koningsplein (Jalan Medan Merdeka).

Sebuah foto sumur tersebut dipotret pada 1880, seperti tercantum dalam buku Scott Merrillees, Batavia in Nineteenth Century Photographs. Sumur tersebut dibangun dengan ornamen dan gaya yang artistik.

Di bagian depan, empat buah pilar berdiri, masing-masing dua pilar di kiri dan kanan. Pilar itu mengapit patung seorang putri. Dua patung yang menjunjung kendi juga ditaruh di sebelah pilar-pilar tersebut.

Sumur-sumur artesis ini memiliki air yang cukup bagus dan diberikan secara gratis. Air yang ditampung dalam tangki didistribusikan kepada warga Eropa ataupun pribumi. Sistem perpipaan dari sumber air ini memiliki panjang 90 kilometer. Meski begitu, tidak setiap orang menyukai cita rasa dari air sumur ini.

"Tidak semua orang suka minum air sumur ini karena rasanya tidak baik. Kalau dipakai membuat teh, air tehnya menjadi hitam. Karena itu, air sungai lebih banyak digunakan oleh warga meskipun air sumur itu mengalir ke rumah melalui pipa," begitu tulis Tio Tek Hong, yang juga dikutip Merrillees.

Candrian Attahiyat, arkeolog dan tim ahli cagar budaya DKI Jakarta, menyampaikan, kedekatan warga Batavia dengan sumur baru dimulai di awal abad ke-19. Saat itu, penyakit malaria, disentri, dan diare merajalela karena kotornya sumber air. Ratusan orang meninggal karena tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.

"Baru ketika Daendels mengumumkan Batavia yang tidak sehat, kemungkinan saat itu orang-orang baru mengenal sumur, utamanya sumur bor. Sumur bor pertama dibangun pertengahan abad ke-19," ucap Candrian.

Menurut dia, sumur bor digunakan khususnya oleh warga Eropa dan Belanda. Sumur bor dikelola pemerintah lengkap dengan sistem perpipaannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini Rekayasa Lalu Lintas Saat LPS Monas Half Marathon 2024

Ini Rekayasa Lalu Lintas Saat LPS Monas Half Marathon 2024

Megapolitan
Dua Lansia di Bogor Ditangkap karena Cabuli Tiga Anak, Sempat Diinterogasi Ibu Korban

Dua Lansia di Bogor Ditangkap karena Cabuli Tiga Anak, Sempat Diinterogasi Ibu Korban

Megapolitan
Siasat Kakak Beradik Rekrut Puluhan Selebgram untuk Promosikan Situs Judi Online

Siasat Kakak Beradik Rekrut Puluhan Selebgram untuk Promosikan Situs Judi Online

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan LPSK | Akrabnya Gibran dan Heru Budi Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut

[POPULER JABODETABEK] Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan LPSK | Akrabnya Gibran dan Heru Budi Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 30 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 30 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Sudirman Said Sebut Perencanaan Batavia 'Contekan' untuk Bangun Jakarta

Sudirman Said Sebut Perencanaan Batavia 'Contekan' untuk Bangun Jakarta

Megapolitan
Sejumlah Titik dan Gedung di Jakarta Padamkan Lampu Malam Ini, Cek Lokasinya

Sejumlah Titik dan Gedung di Jakarta Padamkan Lampu Malam Ini, Cek Lokasinya

Megapolitan
Mobil Tertimpa Pohon Saat Melintas, Sopir dan Penumpang Syok

Mobil Tertimpa Pohon Saat Melintas, Sopir dan Penumpang Syok

Megapolitan
Pohon 15 Meter di Kuningan Mendadak Tumbang, Timpa Mobil yang Melintas

Pohon 15 Meter di Kuningan Mendadak Tumbang, Timpa Mobil yang Melintas

Megapolitan
Ulah Rombongan Tiga Mobil di Depok, Tak Bayar Makan yang Dipesan gara-gara Miskomunikasi

Ulah Rombongan Tiga Mobil di Depok, Tak Bayar Makan yang Dipesan gara-gara Miskomunikasi

Megapolitan
Cerita Karyawan Warteg yang Kebakaran di Duren Tiga: Sempat Mati Listrik 2 Kali sebelum Api Membesar

Cerita Karyawan Warteg yang Kebakaran di Duren Tiga: Sempat Mati Listrik 2 Kali sebelum Api Membesar

Megapolitan
Komentar Sejarawan usai Lihat Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia...

Komentar Sejarawan usai Lihat Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia...

Megapolitan
Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia Memprihatinkan, Sejarawan Nilai Pemerintah Pilih Kasih

Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia Memprihatinkan, Sejarawan Nilai Pemerintah Pilih Kasih

Megapolitan
Gudang Timur Kasteel Batavia di Kota Tua, Cagar Budaya tapi Kondisinya Tak Terawat

Gudang Timur Kasteel Batavia di Kota Tua, Cagar Budaya tapi Kondisinya Tak Terawat

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com