Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plt Gubernur DKI Batalkan Lelang Dini untuk Jaga Hubungan dengan DPRD

Kompas.com - 03/11/2016, 08:52 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Ada 14 proyek lelang yang dibatalkan oleh Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono. Alasannya lelang sudah dilakukan padahal belum ada pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2017 bersama DPRD DKI Jakarta.

Kepala Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPPBJ) DKI Jakarta Blessmiyanda mengatakan lelang dini semacam ini sebenarnya tidak melanggar aturan. Hal itu diatur dalam Pasal 73 Perpres Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.

"Percepatan bisa dilakukan untuk pengadaan barang dan jasa yang membutuhkan perencanaan dan pembangunan yang lama, salah satunya rusun," kata Bless di Balai Kota, Rabu (2/11/2016).

(Baca: Lelang Proyek Sebelum Pembahasan KUA-PPAS Dinilai Tak Langgar Aturan)

Sumarsono juga mengatakan memang ada peraturan yang mengizinkan lelang dilakukan sebelum pembahasan dalam kondisi tertentu. Meski demikian, Sumarsono tetap membatalkan 14 lelang itu.

Keluhan DPRD

Percepatan lelang ini awalnya diketahui setelah Wakil Ketua DPRD DKI Mohamad Taufik mengkritik ini. Menurut dia, lelang dini adalah cara nakal.

"APBD 2017 baru akan dibahas akhir Oktober. Tapi kegiatan-kegiatannya sudah dilelang, ini jelas pelanggaran," kata Taufik.

(Baca: Ahok Yakin Sumarsono Dapat Informasi yang Salah soal Lelang Proyek)

Rupanya, eksekutif tidak pernah memberitahu DPRD DKI jika ingin melakukan lelang dini itu. Anggota DPRD yang kaget mengetahuinya meminta agar lelang dihentikan.

Pasalnya, kata Taufik, DPRD dan Pemprov DKI Jakarta baru akan membahas program-program yang akan dianggarkan dalam APBD 2017. Pembatalan lelang oleh Sumarsono adalah upaya untuk menjaga hubungan baik dengan DPRD DKI.

Sumarsono tidak ingin DPRD merasa "dilangkahi" karena Pemprov melakukan lelang tanpa ada dokumen kesepakatan dengan DPRD berbentu KUA-PPAS. Sumarsono mengibaratkan KUA-PPAS sebagai dokumen politik.

Eksekutif yang menyiapkan dokumen itu dan disetujui oleh legislatif. Jika DPRD sudah setuju dengan KUA-PPAS itu, maka dia anggap warga juga sudah menyutujuinya.

Sumarsono ingin menjaga hubungan dengan DPRD DKI dari sisi psikologi politik. Jika lelang diteruskan tanpa ada persetujuan Dewan, Sumarsono yakin DPRD akan kecewa dan akhirnya malah semakin banyak kepentingan lain yang tertunda.

"Kalau tidak dilakukan seperti ini secara psikologi politik dan DPRD kecewa, (akan) tertunda-tunda seperti ini terus. Ini bisa tertunda," ujar Sumarsono.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com