Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Ahok dan Sumarsono dalam Menghadapi DPRD DKI

Kompas.com - 08/12/2016, 09:16 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ada perbedaan mendasar antara sikap Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono dalam menghadapi DPRD DKI.

Sumarsono bertekad menjalin hubungan baik dengan DPRD DKI selama menggantikan Basuki atau Ahok memimpin Jakarta.

Sumarsono yakin hubungan yang baik itu bisa memberi dampak positif bagi pemerintahan. Salah satunya ialah terkait dengan target pengesahan APBD DKI 2017.

Dia menargetkan, APBD DKI 2017 disahkan pada 19 Desember 2016. Jika benar terjadi, itu merupakan pengesahan APBD DKI tercepat dan paling tepat waktu selama kepemimpinan Ahok.

Sumarsono mengatakan, kunci sukses pengesahan APBD DKI yang tepat waktu adalah kerja sama yang baik dengan DPRD DKI.

"Karena kita komunikasi interaktif kepada DPRD hingga mengena di hati mereka, karena kita 'meng-wong-kan' mereka, mengorangkan DPRD. Itu saja kuncinya," ujar Sumarsono di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (7/12/2016).

(Baca juga: Sumarsono: Kunci Penyelesaian APBD Tepat Waktu Itu Akur dengan DPRD)

Sumarsono mengatakan, hubungan yang baik dengan mitra Pemprov DKI, seperti DPRD DKI,  dalam pembahasan anggaran ini merupakan hal penting.

Adapun proses pembahasan RAPBD saat ini sudah masuk ke pembahasan di komisi-komisi.

"Dengan DPRD kita bangun kerja sama yang baik sehingga APBD lancar, perda lancar, dan selesai tepat waktu. Di pemerintahan, saya bangun kerja sama baik dengan stakeholder yang ada," ujar Sumarsono.

Kemarin, Sumarsono juga membela hak-hak DPRD dalam membahas anggaran. Kenaikan nilai RAPBD DKI 2017 hingga Rp 70,8 triliun disebut-sebut karena program usulan DPRD DKI.

Kendati demikian, Sumarsono membantah adanya program-program titipan itu. Menurut dia, sudah sewajarnya penyusunan RAPBD 2017 DKI dilakukan bersama-sama antara Pemprov DKI dan DPRD DKI.

Jika dalam penyusunan bersama itu terjadi perubahan, itu juga merupakan hal yang wajar.

"Kalau DPRD enggak boleh mengubah-ubah dan dinamika pembahasan tidak kita akomodasikan, mereka patung namanya," kata Sumarsono.

"Mereka kan juga orang punya pikiran, punya ide, aspirasi, gagasan. Mereka mitra kerja karena kita pemerintahan ada eksekutif, ada legislatif," kata Sumarsono.

Ia meminta agar kenaikan nilai RAPBD DKI 2017 tidak disebut untuk mengakomodasi kepentingan DPRD DKI.

Halaman:


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com