Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Pesanan ke Balai Kota, Para Penjual Bunga Raup Keuntungan Lebih

Kompas.com - 26/04/2017, 20:36 WIB
Dea Andriani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyaknya warga yang mengirimkan karangan bunga yang ditujukan ke Balai Kota, membuat para penjual bunga bersyukur karena bisa menraup penghasilan lebih banyak dari biasanya.

Kompas.com mendatangi salah satu kawasan penjual bunga yang jaraknya sekitar 4 kilometer dari Balai Kota, yakni Pasar Kembang Cikini, Jakarta Pusat.

Di sana terdapat sekitar 40 kios yang menjual beragam jenis bunga, dari yang berbentuk bouquet hingga bunga papan.

Umar (40) adalah salah satu penjual bunga yang sudah mendapatkan sebanyak 11 pesanan bunga papan untuk diantarkan ke Balai Kota. Ia mengaku bersyukur karena jumlah pesanan ini jauh melebihi normal.

Baca: Pesanan Karangan Bunga untuk Ahok-Djarot Dikerjakan hingga Dini Hari

“Biasanya (yang pesan bunga papan) bisa sehari enggak ada, enggak tentu juga kadang cuma dua (pesanan) palingan, apalagi kalau enggak punya pelanggan,” ujar Umar di kiosnya, Rabu (26/4/2017).

KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI Sejumlah berpose di depan karangan bunga yang ditujukan untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dal Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat tertata di kompleks Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (26/4/2017). Karangan bunga tersebut berisi simpati warga kepada Ahok-Djarot terutama pascapilkada DKI 2017.
Sementara itu karangan bunga yang dipesan biasanya berukuran 1.2m x 2m dengan kisaran harga sekitar Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta. Harga tersebut tergantung dari jenis dan seberapa banyak bunga yang dipakai dalam rangkaian.

Bila mendapat 11 pesanan per hari, maka penghasilannya bisa mencapai Rp 6,6 juta hingga Rp 11 juta per hari.

“Semoga pas Pak Anies diangkat juga kayak gini (banyak pesanan). Lebih banyak harusnya kan (Anies) menang, ha-ha-ha,” lanjut Umar.

Serupa dengan Umar, Yadi (60) penjual bunga lain di Pasar Kembang Cikini pun mengaku bersyukur mendapatkan pesanan karangan bunga ke Balai Kota.

Baca: Banjir Karangan Bunga di Balkot, Ini Respons Ahok

Meksipun tidak mendapatkan jumlah pesanan sebanyak Umar, ia tetap senang dengan penambahan jumlah pesanan yang lebih banyak dibandingkan biasanya.

“Kemarin malam ada tiga (pesanan), tadi siang tambah satu. Lumayan lah (pesanan ke Balai Kota) jadi nambahin biasanya kan (dapat pesanan) enggak seberapa jumlahnya,” ujar Yadi saat ditemui Kompas.com, Rabu sore.

Menurut Yadi, para pembeli yang ingin memesan tidak perlu datang langsung ke kios. Karangan bunga tersebut bisa dipesan oleh para pembeli melalui telepon atau aplikasi chat.

“Pesannya biasa lewat telepon, terus mereka (pemesan) kasih konsep dan kata-katanya lewat Whatsapp,” jelas Yadi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com