JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno diundang untuk mendapat pemaparan dari pengembang aplikasi "Jukir" di kantor Bubu.com yang berlokasi di kawasan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (2/5/2017).
Pada kesempatan itu, pengembang aplikasi "Jukir" memaparkan mengenai tidak efektifnya penerapan sistem parkir meter di Jakarta.
Sistem parkir meter diketahui mulai diberlakukan di Jakarta pada sekitar tahun 2014, dimulai di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Saat ini, sistem tersebut sudah mulai diberlakukan di sejumlah kawasan lainnya, di antaranya di Jalan Juanda, Jakarta Pusat; Jalan Falatehan, Jakarta Selatan; dan Boulevard Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sistem parkir meter ditandai dengan adanya mesin khusus yang dinamakan Terminal Parkir Elektrinik (TPE).
Pada sistem pembayaran parkir dengan mesin TPE, pembayaran dilakukan secara non tunai dengan kartu elektronik. Pada sistem ini, juru parkir dilarang menerima uang tunai dari pengguna jasa.
Namun dalam pemaparannya, pengembang aplikasi "Jukir" menilai sistem parkir meter yang kini diterapkan di Jakarta tidak cukup berhasil mencegah kebocoran.
Baca: Sandiaga: Parkir Meter Bukan Budaya Kita
Karena kebanyakan warga yang memarkirkan kendaraannya bukan membayar sendiri biaya parkir langsung di mesin, melainkan menitipkan uangnya ke juru parkir.
"Ini yang bisa jadi celah adanya permainan," ujar salah seorang pengembang aplikasi "juru parkir" kepada Sandi.
Selama pemaparan, pengembang aplikasi "Jukir" menjelaskan keunggulan penerapan sistem parkir secara online dibandingkan sistem parkir meter.
Salah satu keunggulan utama yang mereka jelaskan adalah tetap diberdayakannya seorang juru parkir. Namun yang membedakan, pembayaran tidak dilakukan secara langsung, tetapi secara online melalui aplikasi.
Para pengembang aplikasi mengatakan bahwa sistem parkir dengan pembayaran secara online melalui aplikasi "Jukir" kini sudah diterapkan di banyak lokasi di Kota Bekasi dan Tangerang Selatan.
Mereka pun berharap agar nantinya Pemprov DKI mau bekerja sama menerapkan sistem yang sama di Jakarta. Ditemui usai pertemuan, Sandi menilai sistem parkir dengan pembayaran secara online lebih tepat ketimbang sistem parkir meter.
Baca: Inilah Kendala dan Solusi Dishubtrans Soal Parkir Meter
Karena ia menilai sistem parkir meter hanya cocok diterapkan di negara yang karakter masyarakatnya individualis. Hal yang disebut Sandi berbeda dengan karakter masyarakat Indonesia.