Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lari Malam Ganggu Lalu Lintas, Agus Harimurti Minta Maaf

Kompas.com - 28/07/2013, 02:02 WIB
Norma Gesita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Putra sulung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono, meminta maaf pada seluruh pengguna jalan melintas di sekitar Monumen Nasional (Monas) karena lalu lintas sempat dihentikan sejenak demi acara lari malam yang diprakarsainya.

Lalu lintas dihentikan ketika para pelari memasuki Pintu Barat Daya Monas untuk mencapai garis finis.

“Saya meminta maaf pada seluruh pengendara motor dan mobil yang sempat terganggu karena acara ini,” tutur Agus usai menyelesaikan lari sejauh 10 kilometer di Pintu Barat Daya Monas, Jakarta Pusat, Minggu (28/7/2013) dini hari.

Acara lari malam ini adalah acara amal yang digagas oleh Agus yang juga merupakan inisiator komunitas lari “Garuda Finishers”.

Acara dengan tema “Berlari dan Berbagi” ini juga bekerjasama dengan Yayasan Tunggadewi.

Acara ini bertujuan untuk membagikan 10.000 nasi kotak ke berbagai panti asuhan di Jakarta.

Setiap pelari akan menyumbangkan satu nasi kotak untuk setiap kilometer jarak yang sudah ditempuh. Peserta dibagi dalam dua kategori, yakni lari 5 kilometer dan 10 kilometer.

Pelari 5 kilometer berlari dari Monas sampai Bundaran Hotel Indonesia dan kembali lagi ke Monas.

Sedangkan, pelari 10 kilometer harus berlari dari Monas sampai Universitas Atma Jaya sebelum kembali ke Monas.

Semua peserta memulai dan mengakhiri lari di Pintu Barat Daya Monas.

Mereka harus berlari di jalur Transjakarta Busway agar tidak mengganggu lalu lintas.

Namun, arus lalu lintas harus terhenti saat para peserta memasuki garis akhir sebab para peserta harus menyebrang dari jalur Transjakarta Busway ke arah Pintu Barat Daya Monas.

Pengendara motor dan mobil yang sempat terhenti selama kurang lebih setengah jam mulai membunyikan klakson bergantian.

Akibatnya, petugas terpaksa membuka jalan kembali untuk melancarkan arus lalu lintas. Hal tersebut menyebabkan beberapa peserta yang ingin menyebrang mengalami kesulitan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com