Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Jokowi-Ahok Mendongkrak Kebiasaan PNS

Kompas.com - 14/10/2013, 14:48 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Upaya pembenahan birokrasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar lebih bersih serta profesional merupakan salah satu janji yang diucapkan Jokowi-Basuki saat kampanye terdahulu. Bagaimana perwujudan janji itu di setahun masa jabatan keduanya yang jatuh 15 Oktober 2012 besok?

Terobosan Jokowi-Basuki untuk pembenahan birokrasi melalui seleksi dan promosi jabatan lurah dan camat atau yang populer atas istilah lelang jabatan disambut baik. Sebanyak 1.156 PNS mendaftarkan diri, meski hanya 415 PNS yang lolos. Dari antara mereka, menempati 44 jabatan camat dan 267 jabatan lurah. Sisanya, akan ditempatkan di posisi strategis di Wali Kota dan Pemprov DKI. "Darah segar" di birokrasi Pemprov DKI memiliki dampak positif bagi transparansi dana dan perbaikan pelayanan.

Kepala BKD atau Badan Kepegawaian Daerah DKI Jakarta I Made Karmayoga mengungkapkan, secara umum, ia puas dengan hasil lelang jabatan lurah camat. Terutama soal transparansi anggarannya. Di sisi pelayanan, Jokowi meminta agar akses kantor kecamatan dan kelurahan dibuka selebar-lebarnya bagi masyarakat.

Jokowi pun memberikan referensi bagiamana selayaknya pelayanan sebuah bank. Melayani dengan ramah dan cepat. Sebagai indikator keberhasilan, dia mengacu pada IGS (Index Government Service) yang dilaksanakan rutin setiap enam bulan sekali. Namun sayang, berdasarkan beberapa sidaknya ke beberapa kantor kecamatan serta kelurahan, pelayanan yang baik belum merata.

Misalnya, ia menemukan warga pemohon KTP menunggu tiga hari, padahal standar yang diinginkan hanya satu atau dua jam. Begitupun saat mengurus KK yang biasanya memakan waktu hingga seminggu diharapkan bisa dipersingkat hanya dua atau tiga hari. Artinya sumber daya manusia mesti digenjot agar punya standar pelayanan yang sama di seluruh kantor pelayanan masyarakat di Jakarta.

Jika Jokowi memilih menunggu hasil IGS yang terbit Januari 2014 mendatang, wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama tampaknya "geregetan" dengan kinerja lurah dan camat. Ia mengaku tidak puas dengan kinerja para abdi warga DKI tersebut.

Namun, bukan sumber daya manusia yang jadi soal, melainkan pemahaman atas kata "melayani". Saat ini, tak jarang ia menemui pejabat yang lebih banyak ingin dilayani daripada melayani. Padahal, menurutnya, pejabat itu bersifat melayani bukan dilayani. Hal itulah yang harus terus ditanamkan kepada para PNS DKI muda.

Jokowi belum mampu delegasi kekuasaan

Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Nirwana Yoga, menilai reformasi birokrasi melalui lelang jabatan belum cukup berhasil. Manajemen yang baik, adalah bagaimana pimpinan mampu mendelegasikan otoritas ke bawahan. Dalam hal inilah Jokowi-Basuki belum berhasil. Semangat mewujudkan Jakarta Baru dinilai hanya dipahami di tataran pimpinan, belum menyebar ke lurah, camat, bahkan kepala dinas serta wali kota.

"Oke, mungkin pelayanan sudah cukup baik di tiap kantor kelurahan dan kecamatan. Tapi belum ada hal yang maksimal. Penyerapan anggaran sampai bulan ini, terendah dalam 30 tahun terakhir, yakni hanya 12 persen. Ke mana saja para SKPD, wali kota, lurah, dan camat itu," ujar Nirwana.

Sejauh ini, lanjut Nirwana, lurah dan camat hanya berhasil menyelesaikan kulit persoalan birokrasi saja. Misalnya, pelayanan mengurus KTP, KK, dan sebagainya, serta menempel anggaran di tiap kantornya. Seharusnya, lurah dan camat ikut terjun ke lingkungan, blusukan ke permukiman warga, memahami masalah dan membantu untuk menyelesaikannya.

"Kan enggak lucu kalau lurah dan camat itu hanya nonton gubernurnya blusukan. Harusnya mereka itu ikut bantu juga dong. Semoga, kondisi ini juga diperhatikan gubernur dan wagub untuk menentukan langkah pembenahan selanjutnya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com