"Iya, saya juga malas sebenarnya ke sini, soalnya bukan warga sini. Saya tinggal di Muara Karang, disuruh aja datang ke sini," ujar orang itu dalam temu dialog dengan Komnas HAM dan PBHI di Taman Burung, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (17/12/2013).
Salah seorang warga yang enggan menyebutkan namanya kepada Kompas.com itu tidak mau memberi tahu nominal bayaran yang ia dapatkan.
Sementara warga Taman Burung, Waduk Pluit, tetap memilih bertahan di tenda-tenda yang didirikan di jalan. Mereka menuntut ganti rugi atas bangunan mereka yang sudah diratakan dengan tanah.
Misalnya saja Baharudin (46), salah seorang warga yang masih bertahan. Dia bersikeras untuk bisa mendapatkan rumahnya kembali. Dia menyatakan tidak membutuhkan rumah susun. Menurutnya, itu bukanlah suatu solusi yang bisa menyelesaikan masalah.
"Saya mewakili warga, meminta rumah kami dikembalikan, rusun tidak bisa selesaikan masalah, karena harus bayar sewa, dan jauh dari tempat kerja dan aktivitas kami," ujarnya
Menurutnya, penggusuran betul-betul dipaksakan karena tidak adanya kesepakatan sebelumnya antara pemerintah dan warga. Mereka menganggap pemerintah memperlakukan mereka tidak selayaknya manusia.
Saat ini, warga bertahan di tenda-tenda yang seadanya dan di masjid, satu-satunya bangunan yang belum dirobohkan, sambil tetap setia menunggu Jokowi dan Ahok untuk berdialog tentang nasib mereka.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan, Pemprov DKI Jakarta sudah memberikan waktu selama setahun kepada warga Taman Burung untuk mengosongkan lahan milik negara itu. Namun, warga malah menantang dan menolak diberi rusun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.