Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Menggunung di Pompa Air Waduk Pluit

Kompas.com - 18/01/2014, 17:15 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Sudah tiga hari ini aktivitas warga Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara terganggu genangan air akibat hujan yang terus mengguyur. Sapar misalnya, salah seorang tukang ojek mengaku tak lagi bisa kejar setoran seperti hari-hari biasanya.

Memang, ketinggian air di Muara Baru bervariasi. Namun, berdasar pantauan di beberapa titik kondisinya lebih dari 30 centimeter. Tak jarang, Sapar pun menolak permintaan pengguna jasa.

“Enggak berani ke sana neng, dalem,” jawabnya, saat Kompas.com berniat menengok Pompa Air Waduk Pluit, Sabtu siang (18/1/2014), sekira jam 14.00 wib.

Angkot KWK U11 masih beroperasi, tapi ia tak menuju ke arah Pompa Air Waduk Pluit. Bajaj menjadi satu-satunya alternatif angkutan umum yang bisa menjangkau ke sana. Itu pun tak persis sampai muka Pompa Air lantaran sekitar 100 meter, sebelumnya air sudah setinggi lebih dari 50 centimeter.

“Bisanya sampai sini mbak,” kata Rahmono, si sopir bajaj.

Petugas operator pompa air, Sidik (45) menjelaskan sejumlah titik permukiman di kanan-kiri pompa memiliki ketinggian yang lebih rendah ketimbang waduk. Itu jadi salah satu penyebab, tatkala air luber, praktis kampung-kampung terendam air.

Sekira pukul 14.20 wib, ketinggian air di Waduk Pluit berkurang satu sentimeter, di level 115.

Sidik mengatakan, debit air sudah berkurang sejak pukul 11.00 wib. Ia memperkirakan, ketinggian air berangsur turun jika hingga malam nanti tidak turun hujan.

Menurut Sidik, kondisi tiga hari ini masih lebih bagus dibanding Januari 2013. Saat itu ketinggian air di Waduk Pluit mencapai 245. Pompa Air pun terendam hingga ketinggian kurang lebih satu meter.

Ketinggian air yang harus dijaga di waduk itu ada di level -195. Sidik mengakui, pompa air menjadi salah satu sarana vital tata air di perkotaan. Pompa air berfungsi mengalirkan air dari waduk ke laut.

Sampah
Dengan pompa, air hujan yang terus mengguyur dan memenuhi waduk pun bisa segera dialirkan ke laut. “Kita itu masalah sampah, dari dulu kendalanya itu. Kalau banjir datang, air itu campur dengan sampah. Pompa ini bentar rapet, bentar ngedrop, mati gitu,” jelas pria asal Brebes itu.

Lebih lanjut ia mengatakan, pihak operator pompa sudah berulang kali meminta Dinas Kebersihan DKI untuk mengangkut sampah yang ada di penampungan sampah, di pompa.

Berdasarkan informasi Sidik, sejauh ini belum ada tindak lanjut dari dinas itu, selain membersihkan sampah yang ada di saringan pompa. Padahal, masih ada lagi sampah yang menggunung di pompa air.

“Kita berkali-kali minta, tapi reaksi dari Dinas Kebersihan belum ada. Sampah saja enggak pernah diangkat itu di penampungan sampah. Kan enggak pernah ke sini, yang diambil cuma yang ada di saringan saja,” ujarnya.

Adanya sampah-sampah di pompa membuat beban pompa air semakin besar. Saat ini ada lima unit pompa yang beroperasi di situ, dua unit dengan kecepatan enam kubik per detik, dan tiga unit dengan kecepatan 4,3 kubik per detik.

Sampah-sampah itu hanyut terbawa air yang mengalir dari Ciliwung kecil ke Waduk Pluit. “Buat warga, ya kita minta warga sadar (tidak membuang sampah di kali), sadarlah kerena akibatnya juga buat dia juga,” ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com