Jika Penumpang Tertib, Bus Tingkat Wisata Mungkin Gratis Terus

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Arie Budhiman akan terus mengevaluasi pengoperasian bus tingkat wisata. Menurut Arie, selama tiga bulan ke depan, bus tingkat wisata tidak akan dikenakan biaya alias gratis. "Tapi, kalau semua penumpang turut menjaga kebersihan dan ketertiban, tidak menutup kemungkinan akan gratis terus," kata Arie kepada wartawan di Jakarta, Senin (24/2/2014).

Sepanjang pengamatannya hingga sore ini, penumpang dan turis masih bersikap sewajarnya dan tertib. Ia berharap warga terus menjaga fasilitas publik tersebut.

Jumlah penumpang bus wisata pada hari pertama pengoperasiannya itu masih tergolong sepi. Menurut Arie, ada beberapa alasan mengapa bus tingkat wisata masih sepi. Selain karena hujan yang mengguyur Jakarta sejak pagi hari, banyaknya masyarakat yang beraktivitas juga jadi penyebab sepinya penumpang bus tingkat wisata. "Kalau hari libur, ya kita harapkan ramai penumpang yang mau berkeliling Jakarta," kata Arie.

Untuk dapat menggunakan bus tingkat wisata, lanjut dia, penumpang harus naik dan turun melalui halte dengan rambu city tour. Penumpang tidak dapat menggunakan bus tingkat wisata di Silang Barat Daya Monumen Nasional meskipun lima unit bus itu berhenti di sana. Menurut Arie, Monas dipergunakan sebagai tempat pemberhentian sementara bus-bus wisata tersebut. Adapun pul bus berada di Cawang.

Setiap hari Senin-Sabtu, bus tingkat wisata beroperasi mulai pukul 09.00-19.00 WIB. Adapun pada hari Minggu, bus mulai beroperasi pukul 12.00 WIB. Karena baru lima unit bus yang beroperasi, Arie meminta warga untuk bersabar. Ia mengusahakan jeda tempuh (head way) antara satu bus dan bus lain sekitar 15-30 menit.

Lima bus ini juga memutar di rute 1, yakni Bundaran HI-Medan Merdeka Barat-Harmoni-Juanda-Gedung Kesenian Jakarta-Gereja Kathedral-Masjid Istiqlal-Juanda-Medan Merdeka Utara-Istana Negara-Balaikota-MH Thamrin-Bundaran HI. Ada sembilan halte di sepanjang rute itu, yakni di Monas, Balaikota, Sarinah, depan Hotel Kempinski, Hotel Hyatt, Museum Nasional, Pasar Baru, Pecenongan, dan Juanda.

"Kalau anggarannya sudah cair, kita tambah lagi bus tingkatnya tahun ini dengan rute yang berbeda," kata Arie.

Selain pengemudi, polisi pariwisata dari Polda Metro Jaya, kondektur atau petugas on board, dan pemandu wisata dari himpunan pramuwisata dan komunitas historia juga dilibatkan dalam pengoperasian bus tersebut. Rute yang ditempuh mulai dari Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Sarinah-Museum Nasional-Halte Santa Maria-Pasar Baru-Gedung Kesenian Jakarta-Masjid Istiqlal-Istana Merdeka-Monas-Balaikota-Sarinah, dan kembali ke Bundaran HI. Bus hanya akan berhenti di setiap halte untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

Selama tiga bulan pertama, penumpang tidak dikenakan tiket. Setelah itu, tiket bus akan disebar di hotel-hotel yang dilintasi bus tingkat wisata. Bus-bus itu beroperasi setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 19.00 WIB. Untuk memulai perjalanan, semua bus tingkat wisata akan parkir di Silang Barat Daya Monas.

Bus ini memiliki kapasitas 60 tempat duduk dan dua di antaranya diperuntukkan bagi penyandang disabilitas. Deck dan pintu sengaja dibuat pendek dan berada di sebelah kiri agar ramah untuk penyandang disabilitas dan orangtua. Spesifikasi lain yang membuat bus ini ramah penyandang disabilitas adalah melintas di jalur lambat, bukan jalur transjakarta. Bus tersebut juga dilengkapi pendingin udara, pengeras suara, CCTV, lengkap dengan video pariwisata.