Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Semua Orang Tahu Monorel Tak Layak, Termasuk Gubernur

Kompas.com - 27/02/2014, 11:03 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meragukan PT Jakarta Monorail dapat merealisasikan proyek monorel. Menurut Basuki, dari awal terbentuknya PT Jakarta Monorail (JM), mereka tidak memiliki niat penuh untuk membangun monorel. Hal ini dapat terlihat dari keterbatasan kemampuan finansial yang dimiliki PT JM.

"Semua orang juga bilang dan tahu monorel itu enggak layak, termasuk Pak Gubernur juga tahu monorel enggak feasible (layak)," kata Basuki kepada wartawan, Rabu (26/2/2014) malam.

Keterbatasan dana itu pula yang membuat Pemprov DKI mengajukan klausul baru dalam perjanjian kerja sama (PKS). Klausul baru itu adalah pemberian jaminan 5 persen dari total investasi kepada Pemprov DKI. Jaminan itu sebagai bukti PT JM memiliki kemampuan finansial. Namun, klausul itu masih belum disepakati oleh PT JM. PT JM merasa syarat itu memberatkan mereka.

Basuki juga menduga PT JM ingin menjadi satu-satunya kontraktor yang membangun monorel tanpa lelang tender sehingga mereka terus berusaha membangun monorel, meskipun belum ada pembangunan fisik yang terlihat.

Pemprov DKI "terpaksa" memberi izin PT JM untuk melanjutkan proyek pembangunan. Padahal, PKS antara DKI dan PT JM telah berhenti sejak masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pada 2011.

Menurut Basuki, tiang pancang sudah telanjur dipasang. Daripada tiang itu terbengkalai, DKI memberi izin PT JM melanjutkan proyek monorel. Satu klausul baru lainnya yang ditambah pada PKS adalah semua aset milik PT JM, termasuk tiang pancang menjadi kepemilikan DKI. Hal ini berlaku jika PT JM tidak dapat membangun monorel satu jalur hingga tiga tahun lamanya.

"Asal enggak pakai APBD, mereka boleh mencoba apa pun. Sama seperti deep tunnel, banyak (swasta) mau bangun, tapi sampai sekarang enggak ada kelanjutannya," kata Basuki.

Pemberian kesempatan pada PT JM itu juga untuk menciptakan transportasi massal di Jakarta. Menurut kajian pada 2008, Jakarta akan macet total pada 2014. Oleh karena itu, ketika banyak pihak swasta yang menawarkan alternatif mengatasi kemacetan, DKI akan menerima penawaran tersebut.

Begitu tanda tangan kontrak, swasta harus memiliki komitmen menyelesaikan program dengan cepat. Selain itu, DKI juga tidak boleh rugi jika swasta gagal menjalankan program itu.

Basuki menampik jika Pemprov DKI disebut ngotot dalam membangun monorel. "DKI ngotot membangun transportasi massal karena Pak Gubernur inginnya semua moda transportasi massal itu direalisasikan," ujar Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com