Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memberi Pengertian Warga Pasar Minggu soal Pembangunan Rusun

Kompas.com - 06/03/2014, 16:19 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com- Menanggapi banyaknya penolakan warga terkait pembangunan Rusunawa Pasar Minggu, Pemkot Jakarta Selatan sudah mulai mensosialisasikan pembangunan rusun yang rencananya akan terintegrasi dengan fasilitas umum lainnya.

Wali Kota Jakarta Selatan Syamsuddin Noor mengatakan, pembangunan Rusunawa Pasar Minggu adalah salah satu upaya Pemkot Jakarta Selatan dalam mensukseskan program Normalisasi Sungai Ciliwung. Sehingga, rusunawa tersebut dapat menjadi tempat relokasi bagi warga yang kini bermukim di bantaran Sungai, seperti wilayah Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Dikatakannya, tahapan pembangunan Rusunawa Pasar Minggu saat ini masih dalam proses sosialisasi analisis dampak lingkungan (amdal) yang dilakukan oleh kementerian Perumahan kepada para warga dan pedagang di lokasi tersebut.

Dirinya pun membenarkan kalau lokasi yang ditunjuk sebagai lahan pembangunan rusun bertempat di area Terminal Pasar Minggu dan Gedung milik PD Pasar Jaya. Lokasi tersebut dipilih langsung oleh Kemenpera RI karena dinilai lebih strategis dan baik.

"Sebelumnya lahan yang akan dibangun rusun itu berada di Lokasi Binaan (Lokbin) Pasar Minggu dan Terminal Pasar Minggu, tapi Kemenpera mintanya lahan PD Pasar Jaya Pasar Minggu dengan terminal. Nanti masih dalam pembicaraan pastinya," jelasnya.

Merunut hal tersebut, Manajer Area PD Pasar Jaya Pasar Minggu, Ruyani mengatakan, rencananya ada tiga area pasar yang akan terkena pembangunan, yakni blok B, C, dan D yang keseluruhannya terdapat lebih dari sebanyak 1800 orang pedagang. Jumlah tersebut katanya, diluar dari sekitar sebanyak 900 orang PKL malam yang bertempat di area dalam gedung pasar.

Hal tersebut, ungkapnya, menyebabkan pedagang resah dan timbul kecurigaan antar pedagang. Karena dalam rencana pembangunan, rusun hanya dapat menampung kurang dari 2.000 pedagang saja.

"Pedagang itu bukannya nggak ngedukung, tapi memang kan masih ada alternatif tempat. Saya pikir kalau rusun dibangun di area Lokbin dan Terminal, bisa saja dibangun 2300 unit, jadi semuanya kebagian," tambahnya.

Lebih lanjut ungkapnya, proses pembangunan masih jauh dan dapat berubah karena saat ini baru pada tahap sosialisasi amdal yang harus mendapatkan persetujuan dari pedagang.

Hal tersebut, katanya, sesuai dengan Perda DKI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Daerah Pasar yang di dalamnya disebutkan kalau segala bentuk pembongkaran atau peremajaan pasar harus didahului dengan sosialisasi dan disetujui minimal sebanyak 60 persen pedagang.

"Memang membingungkan juga karena lahan ini seluruhnya milik pemerintah, kok minta persetujuan pedagang segala. Tapi ya perda ini sudah ada, jadi kalau pedagang belum setuju berarti kita (pemerintah-red) sudah melanggar aturan," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Diduga Berawal dari Pembacokan

Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Diduga Berawal dari Pembacokan

Megapolitan
Satu Motor Warga Ringsek Diseruduk Sapi Kurban yang Mengamuk di Pasar Rebo

Satu Motor Warga Ringsek Diseruduk Sapi Kurban yang Mengamuk di Pasar Rebo

Megapolitan
Soal Wacana Duet Anies-Sandiaga pada Pilkada Jakarta 2024, Gerindra: Enggak Mungkinlah!

Soal Wacana Duet Anies-Sandiaga pada Pilkada Jakarta 2024, Gerindra: Enggak Mungkinlah!

Megapolitan
Viral Video Plt Kadis Damkar Bogor Protes Kondisi Tenda di Mina, Pj Wali Kota: Ada Miskomunikasi

Viral Video Plt Kadis Damkar Bogor Protes Kondisi Tenda di Mina, Pj Wali Kota: Ada Miskomunikasi

Megapolitan
Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Megapolitan
Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Megapolitan
Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Megapolitan
Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Megapolitan
Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com