Namun, baru satu setengah tahun pasangan ini bekerja di Jakarta, Jokowi sudah akan maju menjadi bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada Pemilu Presiden 2014.
"Keputusan sekarang ada di tangan warga Jakarta, apakah rela warga melepas rahmat Tuhan itu?" kata pengamat perkotaan Yayat Supriyatna dalam diskusi di Eatology, Jakarta, Kamis (27/3/2014).Menurut Yayat, masih banyak pekerjaan rumah dan janji Jokowi yang belum terwujud. Banyak program, imbuh dia, yang sejauh ini juga baru sekadar wacana. Contohnya, sebut dia, penanggulangan kemacetan, banjir, dan penambahan moda transportasi massal.
Yayat juga berpendapat bahwa dinamika politik seperti pencalonan Jokowi ini merupakan konsekuensi dari pola pemilihan pemimpin berasal dari partai politik. Ketika nama Jokowi mencuat, ujar dia, partai politiknya pun punya hak membawa Jokowi ke tingkat yang lebih tinggi.
Meski demikian, kata Yayat, partai politik seharusnya tetap memandang aspek etika kepada masyarakat. Bagaimanapun, ujar dia, Jokowi dan Basuki adalah gubernur dan wakil gubernur pilihan masyarakat.
"Memang sulit kalau sudah kepemimpinan itu diintervensi kepentingan parpol," kata Yayat.Yayat menambahkan, Jakarta memerlukan sosok pemimpin eksekutor, serta punya keberanian dan legitimasi yang tinggi. Pemasalahan di Jakarta, kata dia, sangat besar dan multikompleks sehingga butuh ketiga prasyarat tersebut untuk mengisi posisi kepala daerahnya.
"Beban hidup di Jakarta ini semakin berat dan mahal, apalagi biaya transportasinya. Makanya, butuh pemimpin yang bersifat eksekutor untuk membuat kebijakan dengan cepat," ujar dia. Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.