Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Staf Basuki Gagal Jadi Anggota Dewan

Kompas.com - 28/04/2014, 08:29 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Dua staf Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menjadi calon legislatif DPRD DKI gagal menjadi anggota dewan. Setelah melalui perhitungan manual oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI, perolehan suara keduanya tidak mencukupi untuk mendapatkan satu kursi di DPRD DKI Jakarta.

Keduanya berasal dari Partai Gerindra, yakni  Michael Victor Sianipar dan Yudha Permana. Yudha menjadi calon legislatif DPRD DKI dari dapil 10 Jakarta Barat (Kebon Jeruk, Kembangan, Grogol Petamburan, Taman Sari, Palmerah) hanya memperoleh 4.439 suara. Sementara itu, Michael yang menjadi caleg dapil 1 Jakarta Pusat (Cempaka Putih, Gambir, Kemayoran, Menteng, Johar Baru, Sawah Besar, Senen, Tanah Abang) memperoleh 3.088 suara. Michael berada di nomor urut 11 dan Yudha mendapat nomor urut 6.

Ada 106 kursi DPRD DKI yang diperebutkan. Dari sekitar daftar pemilih tetap (DPT) 7.001.520, paling tidak tiap caleg harus dapat mengumpulkan hingga 35.000 suara.

Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno mengaku tidak mengenal kedua staf pribadi Ahok tersebut. Di samping itu, ia juga tidak mengetahui pasti berapa jumlah suara yang berhasil dikumpulkan keduanya.

"Jangankan caleg yang tidak saya kenal, bahkan teman dan saudara yang saya kenal dan jadi caleg, saya juga tidak tahu lolos jadi anggota legislatif atau tidak," kata Sumarno, Sabtu (26/4/2014).

Pengaruh Basuki

Beberapa waktu lalu, sebelum hari pencoblosan, pada (9/4/2014) lalu, ia berharap masyarakat dapat memberikan kesempatan kepada mereka berdua untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat Jakarta. Awalnya, Michael dan Yudha enggan terjun ke dunia politik.

Basuki menceritakan, sebelum Michael memutuskan menjadi caleg, ia telah mendapat beasiswa ke Amerika Serikat untuk melanjutkan sekolah politik. Basuki pun mencoba menjelaskan kepada Michael. Ia menceritakan, kalau orang-orang yang pintar dan memiliki pendidikan tinggi tidak masuk ke politik, maka akan berpengaruh buruk pada bangsa Indonesia. Dengan demikian, jika nasib Indonesia tidak baik, maka setengah kesalahan terdapat pada Michael.

Setelah mendengar petuah Basuki, Michael pun memutuskan untuk tidak mengambil beasiswa itu dan menjadi calon legislatif.

Senada dengan Michael, Yudha juga enggan terjun ke dunia politik. Sebelumnya Yudha bekerja di Amerika Serikat. Ketika pulang ke Indonesia, Yudha magang di Balaikota Jakarta mengikuti kerja Basuki.

Melihat Basuki, Yudha ingin mengenal birokrasi Pemprov DKI dan mengetahui bagaimana sebuah kebijakan itu terbentuk. "Makanya seperti teori Abraham Lincoln, mereka (anak muda) harus dapat dikasih kesempatan untuk diuji karakternya. Mereka itu anak-anak muda yang sekolah ilmu politik," kata Basuki.

Selain Yudha dan Michael, lanjut dia, ada beberapa staf lainnya yang ikut menjadi calon legislatif. Hanya, saat mendaftar di partai, nama mereka tercoret dan tidak memenuhi persyaratan.

Basuki tidak memberi bekal apa pun kepada kedua stafnya. Hanya, ia mengingatkan keduanya untuk tidak menggunakan politik uang. Oleh karena itu saat kampanye, strategi yang mereka gunakan adalah strategi kampanye pembagian kartu nama dan mendatangi masyarakat.

Untuk hasilnya, ia tidak mempermasalahkan apabila nantinya kursi DPRD DKI diisi oleh anggota lama atau anggota baru sebab Basuki pun tidak dapat memaksa warga untuk dapat memilih kedua stafnya.

"Tapi, saya berharap, mereka terpilih, agar menjadi model bahwa kampanye tidak harus keluar uang banyak. Selain itu, mengajarkan kepada orang yang tidak mau masuk politik untuk terpanggil mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, itu hal yang bagus," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com