Nyaris tidak ada rutinitas yang berubah di Pasar Rumput, Senin siang kemarin. Di trotoar depan pasar, sederet sepeda bekas aneka jenis siap dilihat dan dipilih konsumen. Di halaman pasar, tempat parkir tidak terlalu banyak dipenuhi kendaraan.
Mayoritas pintu-pintu kios di gedung dua lantai itu tertutup rapat. Besi rolling door, papan-papan besi di bagian atap, dan pagar pasar termakan karat. Temboknya yang didominasi warna merah jambu kusam dimakan usia. Sehari-harinya, seperti pengakuan salah seorang pedagang, Sofyan, jumlah pengunjung Pasar Rumput makin menyusut dari tahun ke tahun. ”Gedungnya jelek begini, orang malas masuk juga,” katanya.
Sesuai data dari PD Pasar Jaya, Pasar Rumput dibangun sekitar 1970 dengan 1.782 kios. Direncanakan, dengan kerja sama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian Perumahan Rakyat, pasar ini akan direvitalisasi.
Pasar yang berdiri di lahan seluas 22.740 meter persegi dan tepat di tepi Jalan Sultan Agung, penghubung antara Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat, ini tetap difungsikan sebagai pasar tradisional, tetapi di atasnya dibangun rumah susun. Ditargetkan, pada 2015, peremajaan pasar yang di depannya dilewati jalur bus transjakarta itu segera dimulai.
”Hak pakai pedagang katanya sudah habis makanya mau dibangun lagi. Saya senang kalau ada peremajaan, tetapi tolong ada jaminan pedagang lama tetap bisa hidup di sini,” kata seorang pedagang lainnya.
Cepat ditangani
Saat mengetahui ada asap tebal mengepul di Pasar Rumput, pedagang dihinggapi kekhawatiran. ”Sudah takut saja api bakal menghanguskan pasar ini seperti Pasar Senen. Untung bisa cepat dipadamkan,” kata Ervina, konsumen yang tengah memilih kursi roda bekas.
Berdasarkan hasil penyelidikan kepolisian, api berasal dari toko sepatu di Blok A1 Nomor 89 di lantai dua. Toko tersebut milik Supriyanto (32), warga Menteng Wadas Timur, Pasar Manggis, Jakarta Selatan. Pada pukul 06.00, api dapat dipadamkan dan tidak sampai menjalar ke kios-kios lain.
Komisaris Aswin dari Humas Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan mengatakan, belum ada pernyataan resmi terkait hasil penyelidikan penyebab kebakaran pasar. Sejauh ini, api diduga akibat hubungan pendek arus listrik di dalam toko.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia Hasan Basri bersyukur kebakaran di Pasar Rumput cepat diketahui. ”Bagaimanapun akan muncul dugaan kenapa pasar yang mau diremajakan selalu saja dilanda kebakaran,” ujarnya.
Dukung penataan
Hasan menegaskan, pedagang pasar mendukung penataan kota, terlebih revitalisasi pasar tradisional. Ia menyadari nilai strategis pasar-pasar di Jakarta yang terletak tepat di tengah kota dengan lahan tergolong luas. Memfungsikan lahan pasar tak hanya untuk jual-beli, tetapi juga sebagai hunian atau fungsi lainnya sungguh tak menjadikan beban pikiran para pedagang.
”Namun, jangan sampai pedagang pasar itu nasibnya jadi sia-sia seperti orang tak bermanfaat. Ujung-ujungnya terdesak ke pinggiran jadi pedagang keliling. Padahal, setiap pasar itu punya fungsi sosial dan ekonomi yang strategis bagi lingkungan masyarakat sekitar,” katanya.
Pasar Rumput, misalnya, tidak sekadar tenar dengan barang-barang bekas, mulai dari perlengkapan kamar mandi, peralatan rumah tangga, sampai alat bantu medis bekas yang berkualitas. Di pasar yang hidup nyaris 24 jam itu, ada pasar basah yang memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Tebet, Menteng, hingga Setiabudi.
Mencabut atau mengerdilkan fungsi Pasar Rumput dengan alasan peremajaan bisa mengganggu stabilitas ekonomi dan sosial lingkungan tersebut.
Hasan mengatakan, sebaiknya pemerintah, terutama PD Pasar Jaya, kembali ke khitah yang digariskan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran dan direvisi pada 2011.
”Fungsi PD Pasar Jaya tidak sekadar menarik iuran dari pedagang, tetapi juga mengelola pasar, menjaganya tetap hidup dan berkembang, termasuk mencarikan jalan penyelamatan jika pasar meredup. Untuk revitalisasi pasar, dibutuhkan persetujuan di atas meterai dari sedikitnya 60 persen dari total jumlah pedagang,” tegasnya. (NELI TRIANA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.