Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RS Budi Asih Bantah Tahan Pasien Melahirkan

Kompas.com - 19/05/2014, 21:33 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rumah Sakit Daerah Umum (RSUD) Budi Asih, Jakarta Timur, membantah telah menahan Siska Kurniawati (16), pasien yang menjalani persalinan di rumah sakit tersebut. RS Budi Asih menilai, telah terjadi kesalahan komunikasi dari pihak keluarga Siska.

Wakil Direktur Keuangan RS Budi Asih Dokter Ayu Artiningsih mengatakan, secara medis Siska sebenarnya telah diperbolehkan pulang sejak Rabu (14/5/2014). Namun, karena biaya persalinannya ada yang belum dibayarkan, keluarga diarahkan untuk menyelesaikan proses administrasi tersebut melalui perjanjian.

"Proses adminstrasi itu harus selesai. Misalnya dia enggak bisa bayar, tapi ada perjanjian tertulis kalau dia tidak mampu bayar," kata Ayu kepada wartawan saat ditemui di RSUD Budi Asih, Senin (19/5/2014).

Akan tetapi, Ayu mengatakan, pihak keluarga Siksa tidak pernah bertemu dengan petugas rumah sakit untuk mengurus perjanjian tersebut. Pasalnya, keluarga Siska selalu datang pada malam hari sehingga tidak pernah bertemu dengan petugas.

"Jadi ada kesannya dia tidak pulang-pulang. Baru pada hari Jumat, dia datang dan bertemu dengan kita," ujar Ayu.

Surat perjanjian ini, lanjutnya, berguna sebagai bukti bahwa pasien memang tidak mampu membayar biaya rumah sakit. Apabila pasien tetap tidak mampu membayar, lanjutnya, bukti itu akan digunakan rumah sakit untuk pertanggung jawaban dalam audit oleh BPK.

"Misalnya pun dia enggak bisa bayar, ya sudah. Itu akan masuk di piutang kita. Tapi kita ada bukti. Karena kita pun diaudit oleh BPK," ujar Ayu.

Wakil Direktur Pelayanan RS Budi Asih Julinda Napitupulu menjelaskan, Siska masuk ke rumah sakit tersebut pada Sabtu (10/5/2014) dengan status sebagai pasien umum karena belum menjadi peserta JKN. Konsekuensinya, pasien harus membayar biaya rumah sakit sendiri. Kemudian, pihaknya mengaku telah menyarankan keluarga Siska untuk mendaftarkan diri menjadi peserta kartu JKN. Namun, karena pada saat itu merupakan hari libur kantor, kartu JKN yang diurus baru keluar pada Senin (12/5/2014).

"Jadi diurus keluarga, ternyata memilih yang mandiri berbayar. Sabtu dan Minggu masuk sebagai pasien umum. Ada tanda tangan dan statusnya jelas," ujar Siska.

Sebelumnya, Siska tidak diperbolehkan pulang selama dua hari lantaran belum melunasi biaya operasi di rumah sakit tersebut. Ibu muda ini kebetulan baru memiliki kartu JKN di tengah persalinannya sehingga mesti menanggung biaya sebelumnya.

Asep (20), suami Siska, mengaku tak sanggup untuk melunasi biaya persalinan istrinya. Pihaknya berharap ada keringanan dan seluruh biaya persalinan dapat ter-cover melalui JKN.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com