Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terancam PHK, Ratusan Buruh PT SSI di Tipar Cakung Demo

Kompas.com - 30/06/2014, 14:04 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan pekerja PT Super Steel Indah (PT SSI), Jalan Tipar Cakung, Cakung, Jakarta Timur, berunjuk rasa terkait pemberitahuan pemutusan hubungan kerja (PHK). Mereka menuntut perusahaan memenuhi hak pekerjanya sesuai yang diatur undang-undang.

Pantauan Kompas.com, Senin (30/6/2014), seratusan lebih buruh perusahaan bersama dengan sejumlah elemen serikat pekerja memblokir bagian di depan PT SSI. Para buruh, melarang keluar kendaraan truk yang memuat material perusahaan. Hanya truk yang hendak masuk yang diperbolehkan.

Aksi demo ini mendapat pengawalan dari aparat Polres Metro Jakarta Timur dan Polda Metro Jaya.

Pimpinan Unit Kerja PT SSI Arifin mengatakan, aksi unjuk rasa tersebut dilakukan terkait surat pemberitahuan pihak perusahaan yang akan menghentikan kegiatan operasional dan mem-PHK-kan sekitar 250 karyawaan perusahaan tersebut.

"Sudah ada pernyataan bahwa seluruh karyawaan akan di PHK per 30 Juni. Karena perusahaan sudah menyatakan pertanggal 30 Juni, kegiatan operasional dihentikan dan karyawaan di PHK. Alasan perusahaan karena dua tahun berturut-turut itu rugi," kata Arifin, di lokasi, Senin siang.

Menurut dia, selama ini pihaknya tidak melihat adanya indikasi PT SSI merugi, padahal para pekerja sudah bekerja sesuai dengan permintaan perusahaan.

PT SSI, lanjutnya, merupakan perusahaan pembuat logam bahan baku dasar elektronik dan mesin, salah satunya untuk komponen otomotif. Selain pemberitahuan PHK secara tiba-tiba, pihaknya mendapat informasi bahwa PT SSI disebut-sebut pailit.

"Ada pernyataan perusahaan melalui media masa, bahwa SSI pailit. Tapi pernyataan pailit itu sumbernya tidak valid. Bahkan ini belum masuk ke ranah pengadilan niaga," ujar Arifin.

Arifin mengatakan, jika PT SSI itu disebut pailit, ada ketentuan dalam undang-undang ketenaga kerjaan untuk melalui sejumlah tahapan sebelum merumahkan para pekerjanya.

"Berdasarkan surat edaran Kementerian Tenaga Kerja, tindakan penyelamatan supaya tidak terjadi PHK massal, itu pertama lembur kurangi, jam kerja kurangi, kemudian efisiensi, baru dirumahkan. Tetapi ini tidak dilakukan," ujar Arifin.

Pihaknya menginginkan perusahaan memenuhi hak-hak pekerjanya mereka terkait rencana pemutusan kerja ini.


"Harapannya kami dapat kompensasi yang besar, kalau tidak, ya harus dipekerjakan lagi. Hari ini kami jaga aset agar tidak dibawa keluar. Kalaupun dibawa keluar, tapi kami mau diajak berunding dulu," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com