KOMPAS.com - Ketenangan Minggu (3/8/2014) sekitar pukul empat pagi, di Jalan Bangka 9, Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, terusik. Ini terjadi setelah mereka mendengar suara tembakan.
Lalu telepon kantor polisi pun berdering. Telepon seluler sejumlah polisi dan anggota TNI di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Selatan dan Kodim 0504/Jakarta Selatan juga mendapat panggilan dari warga kenalan mereka. Mereka pun buru-buru mendatangi lokasi.
”Memang ada warga yang lapor, mendengar suara tembak-tembakan. Wah, sebetulnya bukan terjadi tembak-tembakan. Yang benar, terdengar suara tembakan. Paling dua tiga kali. Itu juga tidak beruntun. Bukan terjadi baku tembak,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Minggu siang.
Namun, wajar saja kalau warga cepat lapor dan agak berlebihan laporannya. Sebab, kejadian masih pagi dan duduk perkara belum jelas benar. Apalagi bukan hal biasa terdengar suara letusan senjata api dan menghubungkan suara tembakan dengan kriminalitas dan gangguan kamtibmas.
Yang terjadi, seorang oknum bintara TNI, Peltu Sg, melepaskan tembakan ke udara dan mengarahkan laras pistolnya ke warga yang dekat dengan dirinya. Bintara itu dalam keadaan mabuk.
Lokasi Peltu Sg melakukan tembakan di depan rumah kerabatnya.
”Pemeriksaan atas dirinya di TKP, dia cekcok dengan familinya. Itu rumah mertuanya. Kami tidak tahu pemicu pertengkaran itu, tetapi tampaknya pelaku datang ke situ sudah dalam keadaan mabuk,” katanya.
Sejumlah warga mengenal Peltu Sg sebagai aparat intelijen di Kodim Jakarta Selatan. Sejumlah warga, selain mengenal anggota polisi, juga mengenal anggota Kodim Jakarta Selatan. Karena itu, ketika mengetahui Peltu Sg berulah dengan membuat tembakan ke udara dan mengarahkan pistol organiknya ke warga yang melintas, sejumlah warga langsung menelepon polisi dan anggota TNI yang mereka kenal.
Menurut Rikwanto, Peltu Sg diamankan dan dibawa ke Kodim Jakarta Selatan oleh anggota satuannya yang datang ke lokasi bersama polisi. ”Kan, di wilayah juga ada koordinasi yang baik antara anggota Polri dan TNI,” tambahnya.
Rikwanto memastikan, tidak ada warga di Jalan Bangka yang terluka akibat senjata api atau ulah Peltu Sg.
Sanksi berat
Secara terpisah Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Fuad Basya terkejut mendapat informasi adanya anggota intelijen mabuk dan dalam keadaan mabuk melepaskan tembakan ke udara.
”Betul dia anggota intelijen di Kodim? Saya belum mendapat laporannya. Namun, saya sudah meminta kepada Pangdam Jaya agar Dandimnya mengubungi saya. Kami ingin tahu pasti kejelasan masalah ini,” katanya.
Mayjen Fuad menegaskan, tidak boleh seorang anggota TNI mabuk minuman keras. Apalagi jika dia ditugaskan khusus sebagai personel intelijen.
Ia sangat heran, mengapa ada yang lolos dari pengawasan sehingga kedapatan mabuk dan berulah menakuti warga.
Jenderal bintang dua itu menyatakan penyesalannya dan meminta maaf karena masih ada perilaku anggota TNI yang tidak pantas dan memalukan kesatuannya. ”Namun, percayalah pimpinan TNI tidak akan tinggal diam,” tuturnya.
Menurut Mayjen Fuad, setiap anggota TNI itu memiliki senjata api atau dipersenjatai. Namun, tidak semua anggota TNI boleh membawa-bawa senjata api itu. Hanya yang memiliki tugas khusus, seperti intelijen dan piket, yang diizinkan membawa senjata api. Yang tidak tugas khusus atau bertugas, senjata apinya harus disimpan di markas.
”Kalau melakukan kesalahan, selain akan dihukum, izin menggunakan senjata apinya bisa dicabut. Peraturan penggunaan senjata api TNI itu sangat ketat,” katanya. (RTS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.