Salah satu warga yang mengandalkan jasa pelayanan KRL Jabodetabek untuk mobilitasnya adalah Linda (31). Warga Kebagusan, Jakarta Selatan, ini mengaku selalu menggunakan kereta.
"Iya saya setia banget naik ini (KRL) soalnya praktis, cepat, murah. Cuma sih ya keluhannya seperti biasa, soal fasilitas saja sih. Kadang kereta sudah pengap, eh kipas anginnya rusak, terus kalau bisa ditambahinlah keretanya. Dan kereta suka tertahan sampai setengah jam lho saat masuk ke Stasiun Manggarai," papar karyawati di Sudirman, Jakarta Pusat, tersebut, Kamis (7/8/2014).
Warga lainnya, Iskandar (49), memilih naik KRL walaupun menuju lokasi berjarak dekat. Iskandar beralasan, naik kereta api lebih menguntungkan dibanding bila ia menggunakan bus kopaja, metromini, bahkan transjakarta sekalipun.
"Biar saja, walaupun cuma melewati dua atau tiga stasiun, saya tetap naik kereta. Soalnya kalau dijabanin naik angkot (mikrolet) lama. Belum ngetem-nya, belum desak-desakannya, belum kadang sering ada copet juga. Kalau naik kereta sih aman, banyak petugas jadi jarang ada kejadian gitulah. Ya, walaupun padat kayak pepes naik kereta, enggak apa-apa," ungkap Iskandar.
Pendapat kritis dilontarkan Johny (23). Mahasiswa kedokteran yang kerap naik kereta ini sempat mengkritisi penelitian yang seharusnya diterapkan dan dilakukan oleh pihak PT KAI Commuter Jakarta (KCJ) dalam hal jadwal dan kuota KRL.
"Kalau untuk KRL, menurutku, bagian penelitiannya perlu dikembangkan. Sering kali ada stasiun yang penumpangnya banyak di jam-jam tertentu, tapi kereta yang banyak muncul justru ke arah sebaliknya, misalnya ke Sudirman. Pihak PT KCJ mestinya bisa menyurvei, jam berapa dan di mana ada penumpukan penumpang," ungkapnya kepada Kompas.com.
Diminta tanggapan tentang komentar para penumpang KRL, Kepala Humas PT KCJ Eva Chairunnisa mengatakan akan tetap memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
"Masukan masyarakat kita sangat apresiasi. Tapi saya perlu berikan penjelasan mengenai kereta saat ini. Memang kondisi KRL masih kurang, sedangkan jumlah penumpang tinggi, ini tentu tidak berbanding lurus. Sebagai perbandingan sebelum penetapan tarif progresif bulan Juni 2013 saja, penumpang per hari 393.000, nah setelah bulan Juli diterapkan tarif progresif, apalagi berbarengan dengan kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak), jumlah penumpang KRL capai 600.000 sampai 640.000 per hari," papar Eva.
"Untuk total kereta yang saat ini ada sudah sekitar 800 unit. Kemudian penambahan jumlah kereta pun menjadi dilema bagi kami soal kereta yang antre dan tertahan di Stasiun Manggarai, yang digunakan untuk persimpangan keberangkatan sejumlah KRL. Di sana saja ada tiga jenis kereta yang melintas, ada KRL, kereta jarak jauh, sama kereta barang. Jadi kami mohon untuk kiranya memaklumi bagi masyarakat," papar Eva kepada Kompas.com.
Selain itu, ia menambahkan, di luar jam padat, kadang perjalanan KRL berkurang jika dibandingkan pada pukul 05.00-09.00 dan 16.00-20.00 WIB. Salah satu alasannya adalah, karena sebagian kereta tengah dilakukan pengecekan teknis. Bahkan jika ditemukan adanya kerusakan, KRL pun ditarik ke Dipo Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.