Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KRL Masih Favorit meskipun Penumpang Merasa seperti Pepes

Kompas.com - 08/08/2014, 09:20 WIB
Nadia Zahra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kereta api masih menjadi moda transportasi darat favorit bagi warga Jakarta. Selain murah, kereta api juga anti-macet meskipun sering terlambat dan fasilitasnya sering rusak.

Salah satu warga yang mengandalkan jasa pelayanan KRL Jabodetabek untuk mobilitasnya adalah Linda (31). Warga Kebagusan, Jakarta Selatan, ini mengaku selalu menggunakan kereta.

"Iya saya setia banget naik ini (KRL) soalnya praktis, cepat, murah. Cuma sih ya keluhannya seperti biasa, soal fasilitas saja sih. Kadang kereta sudah pengap, eh kipas anginnya rusak, terus kalau bisa ditambahinlah keretanya. Dan kereta suka tertahan sampai setengah jam lho saat masuk ke Stasiun Manggarai," papar karyawati di Sudirman, Jakarta Pusat, tersebut, Kamis (7/8/2014).

Warga lainnya, Iskandar (49), memilih naik KRL walaupun menuju lokasi berjarak dekat. Iskandar beralasan, naik kereta api lebih menguntungkan dibanding bila ia menggunakan bus kopaja, metromini, bahkan transjakarta sekalipun.

"Biar saja, walaupun cuma melewati dua atau tiga stasiun, saya tetap naik kereta. Soalnya kalau dijabanin naik angkot (mikrolet) lama. Belum ngetem-nya, belum desak-desakannya, belum kadang sering ada copet juga. Kalau naik kereta sih aman, banyak petugas jadi jarang ada kejadian gitulah. Ya, walaupun padat kayak pepes naik kereta, enggak apa-apa," ungkap Iskandar.

Pendapat kritis dilontarkan Johny (23). Mahasiswa kedokteran yang kerap naik kereta ini sempat mengkritisi penelitian yang seharusnya diterapkan dan dilakukan oleh pihak PT KAI Commuter Jakarta (KCJ) dalam hal jadwal dan kuota KRL.

"Kalau untuk KRL, menurutku, bagian penelitiannya perlu dikembangkan. Sering kali ada stasiun yang penumpangnya banyak di jam-jam tertentu, tapi kereta yang banyak muncul justru ke arah sebaliknya, misalnya ke Sudirman. Pihak PT KCJ mestinya bisa menyurvei, jam berapa dan di mana ada penumpukan penumpang," ungkapnya kepada Kompas.com.

Diminta tanggapan tentang komentar para penumpang KRL, Kepala Humas PT KCJ Eva Chairunnisa mengatakan akan tetap memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

"Masukan masyarakat kita sangat apresiasi. Tapi saya perlu berikan penjelasan mengenai kereta saat ini. Memang kondisi KRL masih kurang, sedangkan jumlah penumpang tinggi, ini tentu tidak berbanding lurus. Sebagai perbandingan sebelum penetapan tarif progresif bulan Juni 2013 saja, penumpang per hari 393.000, nah setelah bulan Juli diterapkan tarif progresif, apalagi berbarengan dengan kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak), jumlah penumpang KRL capai 600.000 sampai 640.000 per hari," papar Eva.

"Untuk total kereta yang saat ini ada sudah sekitar 800 unit. Kemudian penambahan jumlah kereta pun menjadi dilema bagi kami soal kereta yang antre dan tertahan di Stasiun Manggarai, yang digunakan untuk persimpangan keberangkatan sejumlah KRL. Di sana saja ada tiga jenis kereta yang melintas, ada KRL, kereta jarak jauh, sama kereta barang. Jadi kami mohon untuk kiranya memaklumi bagi masyarakat," papar Eva kepada Kompas.com.

Selain itu, ia menambahkan, di luar jam padat, kadang perjalanan KRL berkurang jika dibandingkan pada pukul 05.00-09.00 dan 16.00-20.00 WIB. Salah satu alasannya adalah, karena sebagian kereta tengah dilakukan pengecekan teknis. Bahkan jika ditemukan adanya kerusakan, KRL pun ditarik ke Dipo Bukit Duri, Jakarta Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Megapolitan
Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin 'Nganggur'

Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin "Nganggur"

Megapolitan
Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Megapolitan
Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Megapolitan
Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Megapolitan
Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Megapolitan
Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com