Diah Renatih (50) istri Marsuki menceritakan, niat sang siami untuk menjadi PNS di DKI muncul lantaran kesejahteraan keluarganya yang kian terpuruk. Tahun 2013 silam, Marsuki mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi PNS. Namun gagal lantaran diduga adanya kecurangan.
"Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sudah mengakui ada kecurangan itu. Tapi, suami saya tetap tidak lolos menggantikan mereka yang digagalkan karena curang," ujar Diah di Balaikota, Selasa (27/8/2014).
"Akhirnya dibilang sama petugasnya. Kenapa enggak masuk lewat jalur prestasi saja. Itu bisa melalui rekomendasi gubernur atau wakil gubernur," kata Diah.
Kepercayaan diri Marsuki menguat. Prestasi sebagai striker PSSI, klub Barito Putra dan Bandung Raya di berbagai kompetisi tingkat nasional hingga internasional memantapkan niat menjadi abdi masyarakat tersebut. Tentu, selain tunjangan kesejahteraan yang terjamin.
Selasa pagi, Diah dan putri bungsunya hendak bertemu Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Diah bermaksud audiensi dengan Basuki soal kemungkinan suaminya diangkat menjadi PNS. Mengapa bukan Marsuki sendiri yang bertemu dengan Wagub?
Diah menuturkan, sejak pensiun dari lapangan hijau 2005 silam, suaminya bekerja sebagai guru honorer di SD 03 Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur. Dia adalah satu-satunya guru olahraga di sana. "Kelas satu sampai kelas enam dia yang ajar semua. Satu tingkatan ada empat kelas. Maka itu saya yang mengurus ini," ujar Diah.
Namun, Diah lagi-lagi menemui jalan gelap. Oleh petugas tata usaha Wakil Gubernur, dia diminta kembali menghadap BKD Pemprov DKI Jakarta. "Kalau memang suami saya enggak bisa pakai jalur prestasi, saya berniat jual medali suami. Dua medali emas dan satu perunggu. Buat nambah biaya anak sekolah," ujar dia.
Maklum saja, kata dia, gaji Rp 1 juta per bulan suami tidak cukup menafkahi keluarga yang hanya mengontrak di Jalan Istiqomah, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur.
Tambahan uang hanya datang saat suami merangkap menjadi pelatih sekolah sepak bola. Apalagi, dia memiliki lima anak di mana empat orang di antaranya masih menempuh pendidikan.
"Saya hanya mau keluarga saya hidup tidak susah. Anak saya masih kecil-kecil dan harus dibiayai sekolahnya," ujar wanita yang juga mantan atlet lempar lembing di era 80-an itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.