Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lumpuh 4 Tahun, Samuel Bertekad Mandiri sebagai Programmer

Kompas.com - 29/08/2014, 21:56 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Programmer lepas di Galileo Indonesia, Samuel Franklyn (47), lumpuh sejak 2010 akibat rusaknya syaraf tulang belakang saat terjatuh di jalan.

Meski demikian, dia tidak mau bergantung dengan orang lain dan tetap ingin bekerja. Saat ditemui di kediamannya, Kompas.com melihat Samuel atau yang biasa dipanggil Sam sedang tidur telentang sambil mengetik di laptop miliknya. [Baca: Lumpuh 4 Tahun, Programer Ini Tetap Bekerja dengan Posisi Tidur].

Sam sudah empat tahun bekerja dengan posisi tidur di rumah kontrakannya di Jalan Asem, Tanjung Duren, Jakarta Barat. Laptop Sam diletakkan di sebuah pipa besi yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa menopang laptop untuk digunakan Sam dengan posisi tidur.

Penyangga laptop Sam dibuat khusus oleh Arif Christianto, teman dekat Sam. Sehari-hari, Sam dibantu oleh Mona (45), pengasuh Sam yang dari kecil sudah ikut keluarganya. "Saya dari zaman ibunya (Sam) sampai sekarang," ujar Mona. [Baca: Kisah Programmer Lumpuh Bekerja Sambil Tiduran].

Mona setiap harinya datang saat siang untuk membantu Sam makan, mandi, dan saat buang air. Jelang sore, Mona pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari rumah kontrakan Sam untuk mengurus suaminya.

Dari sore jelang malam, Mona kembali ke tempat Sam hingga pagi hari. Saat ini Sam bekerja sebagai karyawan lepas di Galileo Indonesia sebagai programmer. Sebelumnya Sam bekerja tetap di sana, namun setelah mengalami sakit lumpuh, Sam mengundurkan diri walaupun perusahaan tetap memperbolehkan Sam bekerja di rumahnya tanpa harus ke kantor.

Pengobatan alternatif

Ketika Sam mulai merasa sakit dan tidak bertenaga, dia dibantu beberapa temannya melakukan pemeriksaan di rumah sakit Royal Taruma, Jakarta Barat. Dokter di sana berkesimpulan bahwa ada masalah dengan syaraf tulang belakang Sam.

Untuk mengetahui lebih jelasnya, Sam diminta untuk cek dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Namun Sam tidak bisa memasuki mesin MRI karena badannya melebihi lebar mesin. Sam memiliki berat badan 150 kilogram saat itu.

Hal tersebut menyebabkan Sam berusaha mencari berbagai cara pengobatan alternatif, di antaranya reflexology dan akupuntur. "Ini saya lagi ikut program akupuntur. Katanya sih bisa sembuhin syaraf-syarafnya. Ya saya berharap saja yang terbaik dari Tuhan. Enggak terlalu pengen sembuh, nanti jadi beban pikiran," kata Sam.

Salah satu teman Sam pernah memberikan kata-kata yang sangat berkesan dan menjadi penyemangat untuk Sam. Inti dari perkataan temannya adalah bahagia jangan dinilai dari kesehatan.

"Kalau saya enggak optimistis nanti saya mana bisa hidup, nanti saya enggak pernah bahagia dong," kata Sam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com