Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usaha Hidup di Kampung Apung

Kompas.com - 05/09/2014, 09:52 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi salah satu anggota dari warga Kampung Teko atau Kampung Apung, Kapuk, Jakarta Barat, bukanlah hal mudah. Tempat yang telah dilanda banjir permanen selama 24 tahun lebih ini telah mengalami banyak masalah, mulai dari masalah air bersih, akses jalan, selalu meninggikan rumah agar tidak terendam banjir, dan masalah lainnya.

Tempat yang kebanyakan memiliki sertifikat tanah resmi tersebut seakan tidak diperhatikan oleh pemerintah. Baru pada 26 Maret 2014 lalu, ada apel kerja bakti gabungan dari Wali Kota Jakarta Barat, Anas Effendi. Kerja bakti ini bertujuan memenuhi keinginan warga yang sejak lama belum terealisasi, yakni mengeringkan kawasan Kampung Apung.

Sembari menunggu aksi dari pemerintah daerah Jakarta Barat yang belum kunjung rampung karena anggaran, warga RW 01 Kampung Apung melaksanakan cara mereka sendiri untuk dapat mengurus kampungnya. Dengan dibantu oleh Lurah Kapuk dan Camat Cengkareng, warga Kampung Apung menggelar kerja bakti bersama, Minggu (31/8/2014).

"Ya, kita kumpulin warga buat kerja bareng, bersihin (eceng gondok dan sampah)," tutur Ketua RW 01 Kampung Apung, Rinan.

Mereka berinisiatif mengerjakan yang seharusnya menjadi pekerjaan pemerintah daerah Jakarta Barat karena pekerjaan dari pemerintah telah terhenti sejak akhir Juli 2014. Akibatnya, kawasan yang telah sempat dikeringkan petugas kini kotor dan tergenang air lagi.

Eceng gondok jadi pupuk

Banyaknya eceng gondok yang menutupi tempat tergenangnya air di Kampung Apung tidak serta merta dibuang oleh warga, namum dikumpulkan untuk kemudian diolah menjadi pupuk. Warga pun pernah mendapatkan mesin untuk mengolah pupuk dari salah satu perusahaan yang menyumbang ke Kampung Apung.

Pantauan Kompas.com, eceng gondok yang telah dibersihkan dan diangkut pada hari Minggu lalu dikumpulkan di satu tempat untuk dikeringkan. Setelah kering, dimasukkan ke dalam mesin untuk diolah lalu ditaruh di dalam satu tempat untuk dibiarkan selama beberapa minggu, baru setelah itu bisa digunakan sebagai pupuk.

Merek pupuk tersebut adalah Orgapuk. Merek ini memang belum terlalu dikenal dan belum terlalu laku, namun Rinan tetap optimis untuk memperkenalkan produk olahan warga tersebut.

Tidak hanya pupuk, warga juga telah menggunakan kawasan banjir itu untuk budidaya lele. Ada sekitar lima lebih tempat peternakan lele di Kampung Apung yang diolah dan diurus dengan baik. Warga menggunakan pompa untuk menguras air kotor dan dimasukkan air bersih ke tempat lele miliknya.

Sebelum tahun 1990, enam hektar tanah di kawasan RW 01 Kampung Apung merupakan tempat tertinggi dibanding dengan lokasi di sekitarnya yang masih berupa sawah dan rawa. Saat banjir datang, Kampung Apung jadi tempat warga lain mengungsi. Sampai suatu saat, warga yang sudah lelah mengungsi menjual tanah dan rumah mereka dengan harga murah ke pengusaha. Pengusaha tersebut kemudian menguruk tanah di tempat itu hingga jadi jauh lebih tinggi dari tanah Kampung Apung. Sejak itu, banjir menjadi langganan di kampung tersebut.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com