Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang KRL Itu Butuh Apa Saja Sih?

Kompas.com - 11/10/2014, 13:47 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beragam fasilitas mulai disediakan di stasiun-stasiun besar. Perbaikan infrastruktur juga sedang dibangun di beberapa stasiun untuk memberi kenyamanan bagi penumpang commuter line

Seperti di Stasiun Manggarai, beberapa fasilitas penunjang juga sudah ditambah seperti toko-toko makanan. Saat ini di Stasiun Manggarai juga sedang dilakukan renovasi di beberapa titik di stasiun.

Tak hanya Manggarai, Stasiun Palmerah hingga kini juga masih melakukan renovasi untuk memperluas stasiunnya.

Sekali lagi, semua itu dilakukan demi kenyamanan penumpang. Namun, apa yang sebenarnya dibutuhkan penumpang commuter line (KRL)?

Salah satu penumpang commuter line tujuan Jakarta Kota, Mimi (28), mengaku merasa senang dengan adanya perbaikan di stasiun-stasiun. Namun, sebagai penumpang, Mimi menginginkan tempat duduk yang lebih banyak di stasiun. Apalagi stasiun besar seperti Stasiun Manggarai.

"Perbanyak tempat duduknya, supaya enggak perlu duduk di tangga seperti ini. Kan mengganggu orang jalan," ujar Mimi di Stasiun Manggarai, Sabtu (11/10/2014).

Pantauan Kompas.com, tempat duduk untuk menunggu kereta di Stasiun Manggarai memang tersedia di beberapa peron seperti di antara peron 3 dan 4 juga di antara peron 5 dan 6. Tiap saat, tempat duduk dipenuhi oleh penumpang.

Penumpang lain yang tidak mendapat tempat duduk akhirnya berdiri di pinggir peron sambil menunggu kereta. Beberapa orang memilih duduk di tangga-tangga peron. Ketika ada kereta yang datang, penumpang yang turun seringkali menabrak penumpang lain yang duduk di tangga-tangga peron tersebut.

Penumpang lain yaitu Arsad (25), juga mengeluhkan infrastruktur yang menurutnya kurang dari stasiun besar seperti Stasiun Manggarai. Seperti penumpang lainnya,  Arsad mengeluhkan soal kecilnya mushala di Stasiun Manggarai. Padahal, ribuan orang berlalu lalang di stasiun itu tiap harinya.

"Pernah ketika saya ingin shalat Magrib, saking ramainya dan sempitnya, malah gak kekejar. Tahu-tahu sudah masuk waktu Isya," ujar Arsad.

Arsad juga mengatakan, jika kepala stasiun menganggap kebutuhan mushala tidak begitu mendesak karena biasanya hanya ada antrian ketika jam pulang kerja saja, seharusnya anggapan seperti itu juga berlaku bagi tempat-tempat makan yang kini menjamur di Stasiun Manggarai.

Kata dia, tempat makan tersebut juga tidak selalu ramai. Sehingga, seharusnya tidak perlu dibuat sebanyak itu.

Penumpang lain, yaitu Esti (30), memiliki keluhan lain. Bukan soal infrastruktur stasiun, namun soal pelayanan di tiap gerbong kereta. Esti mengeluhkan soal pengawas gerbong yang tidak ada di tiap-tiap gerbong commuterline.

Esti yang merupakan ibu hamil, sering tidak mendapat tempat duduk prioritas ketika dia menaiki gerbong yang tidak ada petugasnya. Penumpang lain yang tidak berhak menduduki tempat duduk prioritas, sering kali pura-pura tidur atau tidak melihat ketika ada wanita hamil seperti dirinya berdiri di gerbong.

"Kalau ada petugas kan enak, nyaman. Biasanya langsung dicarikan kursi," ujar Esti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Bakal Pertimbangkan Marshel Widianto Maju Pilkada Tangsel 2024

Gerindra Bakal Pertimbangkan Marshel Widianto Maju Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Kekerasan Seksual terhadap Anak Naik 60 Persen, KPAI Ungkap Penyebabnya

Kekerasan Seksual terhadap Anak Naik 60 Persen, KPAI Ungkap Penyebabnya

Megapolitan
Gerindra Kantongi 7 Nama Kader Internal untuk Pilkada Tangsel, Tak Ada Komika Marshel Widianto

Gerindra Kantongi 7 Nama Kader Internal untuk Pilkada Tangsel, Tak Ada Komika Marshel Widianto

Megapolitan
Kaesang Dinilai Tak Cocok Jadi Cawalkot Bekasi karena Tak Lahir dan Besar di Bekasi

Kaesang Dinilai Tak Cocok Jadi Cawalkot Bekasi karena Tak Lahir dan Besar di Bekasi

Megapolitan
Gerindra Pastikan Bakal Usung Kader Internal pada Pilkada Tangsel 2024

Gerindra Pastikan Bakal Usung Kader Internal pada Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Diisukan Maju Cawalkot Bekasi, Kaesang Disebut Butuh Panggung Politik buat Dongkrak Popularitas

Diisukan Maju Cawalkot Bekasi, Kaesang Disebut Butuh Panggung Politik buat Dongkrak Popularitas

Megapolitan
Zoe Levana Terjebak 4 Jam di Jalur Transjakarta, Bisa Keluar Setelah Bus Penuh Penumpang lalu Jalan

Zoe Levana Terjebak 4 Jam di Jalur Transjakarta, Bisa Keluar Setelah Bus Penuh Penumpang lalu Jalan

Megapolitan
Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Megapolitan
Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Megapolitan
Kecelakaan Beruntun di 'Flyover' Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Kecelakaan Beruntun di "Flyover" Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Megapolitan
Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Megapolitan
Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Megapolitan
Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Megapolitan
Pengakuan Zoe Levana soal Video 'Tersangkut' di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Pengakuan Zoe Levana soal Video "Tersangkut" di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com