Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecurigaan Ayah Ade Sara terhadap Pembunuh Anaknya

Kompas.com - 21/10/2014, 09:50 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kedua terdakwa pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto, yaitu Ahmad Imam Al Hafitd dan Assyifa Ramadhani, sudah menjadi saksi untuk satu sama lain. Hafitd menceritakan perbuatan Assyifa ketika pembunuhan terhadap Ade Sara terjadi dan begitu pun sebaliknya.

Ketika maju sebagai saksi, Assyifa sering kali menangis ketika menceritakan kejadiannya. Tak jarang, Assyifa terdiam mendengar pertanyaan hakim yang agak menyudutkannya. Assyifa sering mengatakan "lupa" sambil menggelengkan kepala pada kronologi-kronologi tertentu dari kejadian pembunuhan itu.

Hal tersebut ternyata tak luput dari perhatian ayah Ade Sara, yaitu Suroto. Suroto yang selalu menghadiri setiap sidang anaknya itu melihat kejanggalan tersebut.

"Apakah ada perang batin pada diri mereka? Mungkin terdakwa akan berkata jujur, tapi terdakwa juga mungkin diajarkan juga untuk menghindar dari hukuman berat sehingga jawaban mereka tidak rasional," ujar Suroto kepada Kompas.com, Selasa (21/10/2014).

Padahal, kata Suroto, kedua terdakwa telah disumpah sebelumnya untuk memberikan kesaksian secara jujur. Kecurigaan Suroto kemudian melebar kepada pengacara kedua terdakwa. Suroto teringat pada kejadian minggu lalu. Ketika Hafitd dan Assyifa menjadi saksi, saksi yang meringankan untuk terdakwa juga ada di dalam ruangan. Hakim yang tak tahu ada saksi lain di ruangan itu pun tak menyuruh keluar.

Awalnya, Suroto tak paham bahwa saksi yang meringankan juga harus keluar ruang sidang dan tak boleh mendengar keterangan saksi lain. Setelah hakim tahu ada saksi lain di ruangan itu, barulah mereka disuruh keluar.

Suroto kecewa mengapa pengacara yang sudah biasa mengikuti persidangan tak paham aturan ini. "Lawyer mereka sepertinya juga sengaja membiarkan saksi-saksi yang disiapkan mendengarkan keterangan para saksi," ujar Suroto.

"Dulu saja waktu kami jadi saksi dipersilakan keluar dari ruang sidang pada saat belum dipanggil jadi saksi," tambahnya.

Terlebih lagi, lanjut Suroto, soal kehadiran ibu kandung Hafitd yang menjadi saksi meringankan dan menjelaskan soal kepemilikan alat setrum yang digunakan untuk membunuh Ade Sara. Kesaksiannya, menurut Suroto, ingin memberi kesan bahwa alat setrum itu bukan milik Hafitd dan tidak dibawa secara sengaja untuk membunuh Ade Sara sehingga pembunuhan ini tidak masuk dalam kategori pembunuhan berencana.

"Artinya, mereka memang ingin lari dari hukuman berat," ujar Suroto.

Namun, Suroto bersyukur. Dia merasa campur tangan Tuhan pada proses kasus putrinya ini. Menurut dia, walaupun terdakwa beserta kuasa hukumnya terus melakukan perlawanan, hakim sidang seakan tidak terpengaruh dan dapat berlaku obyektif. Bahkan, hakim sesekali menasihati kedua terdakwa pada tiap-tiap persidangan.

Ketika ibu Hafitd, Sulastri, menjadi saksi, para hakim bahkan malah menyalahkan Sulastri karena memberikan senjata yang berbahaya untuk anaknya tanpa mengajarkan terlebih dahulu cara untuk menggunakannya. "Campur tangan Tuhan mulai kelihatan untuk umatnya yang memperjuangkan kebenaran," ujar Suroto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com