Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stres akibat Macet, Pengendara Bisa Nekat

Kompas.com - 04/11/2014, 14:35 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Setiap hari menghadapi kemacetan arus lalu lintas bisa menyebabkan orang stres. Jika tidak terkelola, hal itu berpotensi membuat orang nekat melakukan pelanggaran di jalan raya tanpa mengindahkan risiko bagi diri sendiri maupun orang lain.

"Ketika seseorang berkendara dalam kondisi stres, akan muncul perilaku fight or flight atau kondisi siap tempur serta tidak peduli dengan petugas polisi atau melanggar rambu lalu lintas tanpa mengindahkan risiko untuk pengguna jalan, bahkan dirinya sendiri," kata Kepala Satuan Medis Fungsional Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor, Lahargo Kembaren, ketika diwawancarai melalui sambungan telepon, Senin (3/11/2014).

Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia itu mengatakan, kemampuan seseorang mengelola tingkat stres berhubungan dengan kematangan kepribadian. Hal itu di antaranya dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga serta kondisi lingkungan sekolah dan tempat kerja. [Baca: Lampu Lalu Lintas Mati, Aksi Saling Serobot hingga Adu Mulut]

"Kepribadian yang matang membuat seseorang melakukan tindakan yang sesuai, sementara orang yang melakukan pelanggaran memiliki pribadi yang tidak matang," kata psikiater rehabilitasi psikososial itu.

Ia menjelaskan, pengendara yang agresif umumnya memiliki kepribadian tidak matang. Mereka biasanya mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi, menerobos lampu pengatur lalu lintas, naik ke trotoar, dan menggunakan bahu jalan demi mencapai tujuannya tanpa memedulikan pengguna jalan lain.

Picu gangguan jiwa

Lahargo mengatakan, orang-orang dengan tekanan pekerjaan tinggi yang selama bertahun-tahun tiap hari harus menghadapi kemacetan lalu lintas berpotensi menderita gangguan kesehatan jiwa.

"Saya rasa orang dengan tekanan pekerjaan yang tinggi dan bertahun-tahun berada di lingkungan lalu lintas seperti di Jabodetabek sangat berpotensi menderita gangguan kejiwaan," kata dokter jiwa lulusan Universitas Indonesia itu.

Menurut dia, gangguan jiwa ringan antara lain ditandai dengan sulit tidur, sementara gejala gangguan jiwa berat antara lain meliputi psikosomatik, depresi, dan gangguan kecemasan.

Psikosomatik, kata dia, adalah gangguan kondisi fisik akibat kondisi psikis yang bermasalah karena stres.

"Mereka yang menderita berada di usia produktif karena tuntutan pekerjaan yang tinggi dan penyebab lainnya adalah kondisi lalu lintas yang harus dilalui setiap hari," kata Lahargo.

"Paling gampang dideteksi adalah gejala psikosomatik yang ditandai dengan sakit kepala, kelopak mata berkedut, pegal, keringat dingin, mual, diare, dan gatal-gatal," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa gangguan-gangguan kesehatan jiwa akibat kemacetan lalu lintas bisa dihindari dengan mengelola tingkat stres.

"Seseorang harus mampu melakukan manajemen tingkat stresnya ketika menghadapi kemacetan lalu lintas, terlambat di jalan, dan membutuhkan waktu cepat di jalan untuk menyelesaikan target pekerjaan," katanya.

Manajemen stres antara lain bisa dilakukan dengan menyiapkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaan, berangkat lebih awal untuk menghindari kemacetan, dan menyiapkan rute tempuh. Bisa juga terapi dengan musik yang menenangkan jiwa serta menjaga fisik tetap bugar sehingga tidak mudah lelah dan menjadi pemarah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com