Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Nurhayati dan Kartu BPJS

Kompas.com - 30/11/2014, 09:22 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Nurhayati (31), warga Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, tercenung pada Jumat pagi kemarin. Tepat pukul 06.45, putra kedua hasil pernikahannya dengan Mohammad Eddy Karno (29) meninggal dunia di RS Tarakan, Jakarta Pusat.

Nurhayati tidak menyesali takdir yang menimpa anaknya. Ibu dua anak itu hanya kecewa, mengapakah anaknya yag bernama Abiyasa Rizal Ahnaf yang baru berusia dua tahun itu meninggal justru di tengah masifnya upaya pemerintah untuk memperhatikan kesehatan masyarakat melalui program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Nurhayati pun lalu menuturkan, pada Senin 18 November lalu, dia membawa Abiyasa ke RS Pasar Rebo, Jaktim, karena diare yang diderita putranya itu tak kunjung reda. Abi memuntahkan semua yang dia makan dan minum. "Wajahya pucat dan matanya kosong," tutur Nurhayati.

Sesampainya di RS Pasar Rebo, pihak RS lagsung memeriksa darah Abi. Ternyata leukositnya tinggi sehingga Abi harus dirawat inap. Namun, ternyata tidak ada kamar kelas tiga. Pihak RS memberi alternatif, pasien masuk kamar kelas dua dengan deposit uang sebesar Rp 2,6 juta, atau RS Pasar Rebo mencari RS rujukan.

Akhirnya diputuskan mengambil kelas dua, dan beroleh keringanan membayar Rp 800.000. Untunglah, pada malam hari ada ruang kelas tiga yang kosong, maka Abi pun dipindah ke sana dengan fasilitas kartu BPJS Kesehatan.

Melalui telepon, Nurhayati bercerita, pada Selasa dini hari itu kondisi Abi belum membaik, perutnya kian kembung sehingga dokter meminta Abi berpuasa untuk waktu yang belum ditentukan. Abi kemudian dirontgen dan diketahui bahwa Abi menderita ilius obstruksi, ilius paralitik atau penyumbatan pencernaan.

Penanganan selajutnya oleh dokter urologi untuk mengetahui pasien terkena ginjal atau tidak dengan memasang selang untuk saluran kencing. Ternyata ginjalnya bagus, dan dugaan selajutnya adalah adanya sumbatan di usus.

"Anak ibu ada penyubatan di usus, harus dirujuk ke RS yang ada dokter bedah anak dan ruangan Picu," kata Nur menirukan dokter jaga yang juga menyarankan agar Abi dibawa ke RS Haji Pondok Gede.

Namun sayang, di RS Haji tak ada kamar kelas tiga yang kosong. Sebetulnya ada kamar kelas dua yang kosong, tetapi RS itu tidak memiliki peralatan ventilator yang sangat diperlukan pasca-operasi.

Begitulah, Nurhayati dan suaminya berlomba dengan waktu mencari rumah sakit utuk merawat putra mereka. Sang suami keliling Jakarta, sementara Nur melacak RS yang mau menerima anaknya melalui call center di RS Pasar Rebo. Namun, rupanya nasib baik belum berpihak kepada mereka. Berikut adalah RS yang dihubungi oleh Nurhayati dan suaminya.

1. RSCM mendahulukan pasien sendiri dibanding pasien rujukan.
2. RSPAD - Tidak punya Ruang Picu, tapi dokter ada, Dr Catur namanya.
3. RS Haji - Ruang dan dokter ada, tetapi ventilator untuk pasca-operasi tidak ada. Jadi dokter tak berani membedah.
4. RS Polri - penuh
5. RS Harapan Bunda - hanya terima pasien BPJS Palasenia dan TBC.
6. RSIA Harapan Kita - penuh
7. RS Fatmawati - penuh
8. RS Persahabatan - penuh
9. RS Bunda Aliya - tak punya dokter spesialis.
10. RS UKI - tidak punya fasilitas PICU.
11. RS Cikini - penuh
12. Carolus - penuh
13. RS Pelni - penuh
14. RS Islam Jakarta - penuh
15. RSPP - tak terima BPJS
16. RS Bunda Margonda - tak terima BPJS
17. RS Permata - tak ada fasilitas dan dokter
18. RS Mitra - tak ada fasilitas dan dokter
19. RS Premier Jatinegara - tak terima BPJS
20. RS BUNDA Menteng - penuh
21. RS Thamrin - terpampang "Menerima Pasien BPJS", tetapi petugas RS bertanya, memakai BPJS apa? Saat dijawab pakai BPJS KJS, ternyata dijawab, "Ruangan penuh".

Saat mencari ruang kosong di berbagai rumah sakit itulah, Nurhayati dan suaminya juga sempat mengirim SMS ke Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. GuberNur menjawab agar suami Nurhayati menghubungi anak buahnya. Hingga akhirnya sampai ke Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Kepala Dinas pun mengupayakan rujukan ke RS Tarakan, Cideng, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Sebelumnya, atas budi baik seorang donatur, Nurhayati sudah sempat memberikan uang muka ke RS Thamrin sebesar Rp 20 juta.

Senin malam, 24 November, setelah membatalkan perawatan di RS Thamrin, Nur dan suaminya pun membawa Abi ke RS Tarakan. Waktu sudah menunjuk angka 00.00 ketika mereka tiba di RS Tarakan dan langsung masuk ke ruang IGD. Dua jam kemudian, pasien dipindahkan ke Ruang Picu. Keesokan harinya kedua orangtua Abi itu dipanggil oleh dokter untuk dimintai persetujuannya karena pasien harus dioperasi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com