"Bukan enggak siap, mereka enggak mau," kata pria yang akrab disapa Ahok itu, usai mengikuti seminar di Gereja Refrom, di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (17/1/2015).
Ahok menyatakan, dirinya memberi kebebasan bagi para operator APTB, apakah mau bergabung dengan transjakarta atau tidak. "Kalau anda tidak mau, tidak apa-apa. Sekarang kamu belagu ngomong gitu sama saya. Karena kamu tahu kami itu kemarin Dishub (DKI) itu payah, beli bus-nya payah," ujar Ahok.
Ahok berjanji, Pemprov DKI akan membeli bus dalam jumlah banyak nantinya. "Kalau BUMD kami sudah beli bus banyak, operator banyak, kamu nangis-nangis nanti. Karena sopir-sopir kamu akan pindah kerja dengan kami," ujar Ahok.
"Begitu bus kami cukup, kamu akan ditinggal penumpang. Kalau kamu marah dengan kami, sopir mu pun akan kami bajak. (Gaji) Tiga setengah UMP, per semester 2,5 UMP. Siapa yang tidak mau kerja sama DKI? Lebih baik sopir kamu jadi tukang parkir, dua kali UMP," ujar Ahok.
Sebelumnya, para operator APTB meminta waktu selama tiga bulan untuk mengambil keputusan bergabung dengan PT Transjakarta. Para operator APTB masih mempelajari besaran tarif rupiah per kilometer yang ditawarkan PT Transjakarta sebagai persyaratannya.
Direktur Utama PPD Pande Putu Yasa, selaku salah satu operator APTB, mengatakan, besaran tarif rupiah per kilometer yang ditawarkan PT Transjakarta masih mengacu pada besaran tarif bus transjakarta yang menggunakan bahan bakar gas. Hal itu tentu tak sebanding dengan bus-bus APTB yang berbahan bakar solar.
"Pembayaran rupiah per kilometer akan hitung kembali karena spesifikasi bus berbeda. APTB menggunakan bahan bakar solar, sedangkan transjakarta menggunakan bahan bakar gas. Dari segi biaya pengeluaran tentu akan berbeda," kata dia saat dihubungi, Jumat (16/1/2015).
Meskipun enggan mengungkapkan besaran tarif yang mereka inginkan, Pande menilai, besaran tarif rupiah per kilometer untuk APTB perlu dikaji ulang.
Pada kesempatan lain, Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih memiliki pandangan yang berbeda dari Pande. Menurut dia, besaran rupiah per kilometer untuk APTB sepatutnya harus lebih rendah dari tarif rupiah per kilometer untuk transjakarta. Hal itu, kata Kosasih, disebabkan biaya perawatan bus yang lebih murah dan kesempatan mendapat penghasilan di luar koridor transjakarta (perjalanan dari ujung koridor transjakarta ke kota penyangga).
Sebagai kisaran, kata Kosasih, operator transjakarta yang sekarang menjalankan bus yang mendekati kondisi bus APTB saat ini mendapat bayaran Rp 11.137 per kilometer, dengan kondisi bus AC berstandar transjakarta, bermerek dari Jepang dan berbahan bakar gas. "Bus APTB, baik harga maupun kualitasnya di bawah bus operator transjakarta, jadi pasti harus lebih rendah dari itu," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.