Zulkifli (51) hanya memberikan obat warung untuk cucunya yang sakit panas. Cucunya yang masih balita itu tertidur lemas di selter, beralaskan karpet plastik.
Wajahnya yang berkulit putih terlihat memerah. Saat dipegang, suhu badannya cukup tinggi. Ia tidur tanpa selimut, dan perutnya terbuka karena bajunya kekecilan.
"Bajunya banyak yang basah kena banjir. Hanya sedikit yang masih kering," kata Zulkifli, warga RT 003/RW 001 Rawa Buaya, Kamis (12/2/2015). [Baca: Mengais Rezeki di Tempat Pengungsian, Warga Kupas Bawang di Selter Transjakarta]
Hal ini cukup ironis mengingat lokasi pengungsian itu berada sekitar 600 meter dari posko pengungsian di Vittoria Residence Duta Indah Karya, Rawabuaya, Cengkareng.
Di lokasi pengungsian itu terdapat posko kesehatan yang dibanjiri pengungsi dari RW 002 dan RW 003 Rawabuaya. Pengungsi yang datang rata-rata mengeluh suhu tubuh panas, gatal-gatal, pegal-pegal, hingga kutu air.
"Di sini enggak ada posko kesehatan. Terpaksa harus keluar pos penampungan buat beli obat sendiri," ujar Zulkifli.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.