JAKARTA, KOMPAS.com - Pengadaan perangkat uninterruptible power supply (UPS) atau baterai cadangan di sekolah-sekolah di Jakarta dianggap sebagai kebutuhan yang tidak terlalu mendesak. Apalagi jika anggaran yang dibutuhkan untuk membeli UPS itu mencapai miliaran rupiah.
Kepala Sekolah SMA Negeri 16 Jakarta Barat, Cedarkurnia, menilai keberadaan UPS di sekolahnya belum begitu penting. Sebelum menerima alat tersebut, kegiatan belajar mengajar di SMAN 16 tetap berjalan dengan baik.
"UPS enggak terlalu urgent banget sih kalau di sini. Kemarin sebelum ada UPS, kegiatan di sekolah juga masih bisa berjalan. Lebih baik (anggaran) buat perbaikan sekolah," kata Cedarkurnia saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (27/2/2015).
Cedarkurnia setuju bahwa UPS memberi manfaat bagi kelanggengan operasional peralatan elektronik. Pada saat listrik padam, misalnya, UPS membuat perangkat elektronik di sekolah tetap berjalan tanpa gangguan. Dengan begitu, komputer karyawan dan laboratorium komputer masih bisa dioperasikan selama masih ada pasokan listrik dalam UPS.
Rencana pengadaan UPS di sekolah-sekolah di Jakarta itu mencuat setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menemukan sejumlah anggaran mencurigakan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) DKI tahun 2015. Anggaran "siluman" ini ternyata sudah ada pada APBD 2014. SMAN 16 termasuk salah satu sekolah yang mendapat UPS dengan anggaran sebesar lebih dari Rp 5,8 miliar (Baca Hasil Penyelidikan Ahok, 49 Sekolah Terima UPS Anggaran "Siluman").
Selain SMAN 16, sekolah lain yang dianggarkan mendapat UPS adalah SMAN 78. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 78 Sumarna mengatakan, UPS bukanlah perangkat yang harus diadakan di sekolah tersebut. Tanpa UPS pun, kata Sumarna, kegiatan belajar-mengajar masih bisa berjalan.
"Tidak terganggu kalau enggak ada UPS. Barang itu kan hanya memperlancar dan mempercepat kegiatan saja," ujar Sumarna.
Sumarna mengatakan bahwa SMAN 78 tidak pernah mengajukan dan meminta UPS kepada siapa pun. Menurut dia, UPS itu tiba-tiba diantar ke sekolah kira-kira pada November 2014. Pihak sekolah pun dilarang bertanya terkait pengadaan UPS.
"Kalau barang datang, terima saja. Jangan banyak tanya. Kalau enggak mau, kami kasih ke sekolah lain," kata Sumarna menirukan gaya bicara petugas yang datang membawa UPS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.