Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisruh APBD, Pelayanan Posyandu Terhambat

Kompas.com - 10/03/2015, 19:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Kisruh penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2015 DKI Jakarta berimbas pada program pelayanan kepada masyarakat, seperti posyandu, pengasapan untuk demam berdarah dengue, dan sosialisasi kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan itu, puskesmas kecamatan meminjam dana talangan dari Badan Layanan Umum Daerah dan memanfaatkan dana swadaya masyarakat.

Tini (55), penggerak posyandu di RW 010 Tanah Sareal, Kecamatan Tambora, Senin (9/3), mengatakan, porsi makanan tambahan untuk anak balita di posyandu dikurangi akibat anggaran APBD yang disalurkan melalui kelurahan belum cair. Untuk memenuhi kebutuhan makanan tambahan anak balita, seperti kacang hijau, buah, susu, dan biskuit, diambil dari iuran RW setempat.

"Warga jarang mau periksa atau menimbang berat badan anak balitanya kalau tidak ada makanan tambahan. Sementara itu, kami sedang sulit karena belum ada dana dari APBD," ujar Tini.

Jumlah porsi makanan tambahan untuk anak balita pun dikurangi. Kalau biasanya petugas penggerak posyandu menyiapkan makanan untuk 70-an anak balita, kini makanan tambahan hanya disediakan untuk 30-40 anak balita. Menu makanan dibuat sesuai dengan dana yang ada.

"Kami berharap APBD segera disahkan supaya warga semangat lagi datang ke posyandu. Maklum, peserta posyandu kebanyakan kalangan menengah ke bawah," kata Tini.

Lurah Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Abdul Latif mengatakan, dana posyandu diambilkan dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Kelurahan. Hingga saat ini, DPA belum bisa disusun karena APBD 2015 belum cair. Namun, kegiatan seperti posyandu dan sosialisasi kesehatan tetap berjalan dengan dana swadaya masyarakat.

"Kegiatan jalan terus dengan iuran warga, pengurus RW, dan donatur," kata Abdul Latif.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Dewi Satiasari menuturkan, dana posyandu diambil dari program penyuluhan masyarakat dari APBD. Alokasi dana tersebut terutama untuk pemberian makanan bergizi bagi anak balita dan orang lanjut usia. Anggaran penyuluhan dan operasional dialokasikan di kelurahan.

Sementara itu, anggaran untuk kegiatan pemantauan, evaluasi, dan peningkatan wawasan petugas posyandu sebesar Rp 40 juta per tahun dialokasikan di Suku Dinas Kesehatan. Total jumlah posyandu di Jakarta Barat ada 824.

"Kegiatan seharusnya tidak terhambat karena itu program dari masyarakat untuk masyarakat. Kalau tidak ada dana APBD, bisa dengan dana swadaya," ujar Dewi.

Sosialisasi terhambat

Program sosialisasi dan pengasapan untuk mengatasi demam berdarah dengue (DBD) di kecamatan juga terhambat. Namun, puskesmas menyiasati dengan dana talangan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Menurut Kepala Puskesmas Tambora Ahrahayati Wildany, program pengasapan sangat dibutuhkan untuk mengatasi kasus DBD di Tambora. Sejak Januari 2015, sudah 35 kasus yang dilaporkan ke puskesmas. Satu orang meninggal dunia akibat DBD.

Ada 17 titik yang terdeteksi positif berdasarkan penyelidikan epidemologis di kecamatan itu. "Kami sudah lakukan pengasapan dengan dana talangan dari BLUD," ujar Ahrahayati.

Selama setahun, total dana pengasapan dan sosialisasi Rp 870 juta. Selain program pengasapan dan sosialisasi, pelayanan puskesmas juga tidak terganggu karena dana BLUD. Pengadaan obat juga sudah dialokasikan untuk kebutuhan 15 bulan. Hanya saja, pembayaran gaji pegawai negeri sipil terkendala karena tunjangan kinerja daerah belum cair.

"Gaji pegawai honorer juga dialokasikan dengan dana talangan BLUD. Secara umum, pelayanan puskesmas tetap berjalan lancar," kata Ahrahayati. (DIAN DEWI PURNAMASARI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com