Sementara itu, pedagang lain, yang menempati lantai dasar sampai lantai dua, hanya bisa bertahan dari kerugian yang semakin hari semakin besar akibat sedikitnya pembeli yang datang.
Di satu sisi, pedagang yang dulunya berjualan di Blok G sebagian besar memilih kembali berjualan di badan jalan, khususnya di Jalan Jati Baru X.
Pembeli yang ingin ke Blok G pun lebih tertarik untuk membeli dagangan yang dijajakan di jalan-jalan tersebut. Fasilitas dan sarana di Blok G juga kian parah.
Sarana eskalator yang sebelumnya dibangun pun tidak beroperasi lagi. Beberapa bagian dari eskalator itu juga ikut terkelupas.
Alhasil, eskalator tidak ada bedanya dengan tangga biasa. Di beberapa kios, beberapa besi penyangga yang biasa digunakan untuk menaruh barang dagangan terlihat patah.
Tidak hanya itu, di kios lainnya, besi penyangga bahkan patah sebagian dan menggantung dalam posisi mengarah ke bawah. Kondisi ini membahayakan penjual ataupun pembeli. [Baca: Ahok Mau Ratakan Pasar Blok G, Pedagang Kebingungan]
Menurut pedagang di sana, kondisi tersebut terjadi semenjak Gubernur DKI terdahulu, Joko Widodo, menjadi Presiden RI.
Menurut mereka, setelah Basuki Tjahaja Purnama menjabat sebagai Gubernur DKI, tidak ada lagi perhatian-perhatian yang diberikan kepada pedagang di sana.
"Zamannya Pak Jokowi (sapaan Joko Widodo), seminggu sekali ada kontrol ke sini. Dilihatin satu-satu. Yang jadi masalah jualan di sini juga didengerin, enak. Kalau sekarang kan Ahok (sapaan Basuki) ngomong doang. Coba lihat, mana pernah dia ke sini," sebut Elma (46), salah seorang pedagang pakaian wanita dan anak-anak, Kamis (2/4/2015).
Elma merasa tidak ada perhatian khusus dari Basuki seperti yang Jokowi lakukan kepada para pedagang.
Malahan tiba-tiba sekarang Basuki berencana membongkar habis bangunan Pasar Blok G. Sementara itu, fasilitas lain yang dulu ikut diwacanakan, seperti jembatan penyeberangan orang dari Blok G ke Stasiun Tanah Abang dan jembatan penghubung ke Blok F, belum selesai dikerjakan.
Pedagang lain, Rusdi (55), bingung dengan kelanjutan usahanya. Jika kembali berjualan di jalan, maka dia harus menyetor sejumlah uang kepada preman-preman.
Namun kalau bertahan di Blok G, dia tidak akan mendapat keuntungan. "Di bawah harus setor Rp 50.000 ke preman, tetapi dagangannya lumayan (laku) kan. Kalau di sini sih dapat nyamannya saja, hujan enggak kehujanan, panas enggak kepanasan. Namun, dua-tiga pekan belum tentu ada yang beli," tutur Rusdi.
Penjual celana jins itu pun mengenang Blok G semasa pemerintahan Gubernur Jokowi. Saat itu, Jokowi bertindak tegas menertibkan pedagang-pedagang lain yang berjualan di badan jalan dan memasukkan pedagang ke Blok G.
Selain itu, ada juga program undian yang dibuat untuk menarik pengunjung. "Enak sekali zaman Pak Jokowi itu. Sayang sekarang sudah jadi orang penting ya. Enggak mikirin kami doang, tetapi mikirin satu Indonesia," kata Rusdi sambil tertawa kecil.
Sekitar kawasan Blok G, tepatnya kawasan Pasar Tanah Abang secara umum, sudah mulai diramaikan pedagang yang turun ke jalan untuk berjualan.
Angkutan umum pun semakin leluasa untuk mengetem di sisi-sisi jalan, baik mengarah ke stasiun maupun setelah stasiun. Lalu lintas yang sempat rapi kini malah jadi semakin runyam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.