Pengamat perkotaan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Sofyan Saf, mengatakan, dua poin penting pembenahan kemacetan dan angkot hingga kini masih belum digarap secara maksimal. Bima Arya, kata dia, hanya melakukan program-program yang sifatnya sesaat tetapi tidak berkesinambungan.
"Saya melihat hanya mengejar popularitas, bukan sesuatu yang kemudian yang lebih substansi ya. Statement yang disampaikan terkait persoalan di Kota Bogor selalu menarik, tetapi setelah itu meredup dan tidak ada follow up-nya," ujarnya saat dihubungi Wartakota, Selasa (7/4/2015).
Dia mencontohkan pelaksanaan program satu hari tanpa kendaraan bagi PNS dan juga pemunduran pagar Istana. Sofyan menganggap hal tersebut hanya rangkaian prioritas semata.
"Ya, itu kan rangkaian untuk popularitas dia di mata publik Indonesia, publik Jawa Barat. Sementara dia kan diisukan menjadi gubernur dan menteri. Kebijakan yang populis yang kemudian dilakukan, semisal pemangkasan Hotel Amarossa yang dikatakan mengalahkan ketinggian Tugu Kujang dan juga kemacetan, sekarang belum ada penyelesaiannya," tuturnya.
Sofyan mengatakan, untuk "memformat" Kota Bogor, diperlukan kebijakan yang dilaksanakan. Selama ini, dia menilai Bima Arya hanya mempercantik tampilan, seperti membangun banyak taman dan memfungsikan kembali jembatan penyeberangan orang (JPO) di dekat Stasiun Bogor yang selama ini tidak digunakan.
"Ya kalau untuk mempercantik kota, kita acungi jempollah. Banyak taman meski belum selesai semua, itu sedikit mempercantik tampilan Kota Bogor," katanya.
Sofyan juga memperhatikan permasalahan GKI Yasmin yang hingga kini belum selesai. Menurut dia, karena sedang tak mencuat di permukaan, konflik ini dianggap sudah selesai. Padahal, permasalahan GKI Yasmin hingga kini belum ada penyelesaian.
Bima Arya Sugiarto dilantik sebagai Wali Kota Bogor pada 7 April 2014. Dia bersama pasangannya, Usmar Hariman, menang dalam Pilkada Kota Bogor yang mengalahkan pasangan Achmad Ruyat dan Aim Halim Hermana. (Soewidia Henaldi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.