Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TPU Menteng Pulo Jadi Tempat Favorit Transaksi Narkoba

Kompas.com - 07/04/2015, 18:17 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu unit makam yang ada di Taman Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Jakarta Selatan, sudah tidak lagi terlihat seperti makam pada umumnya. Di sekitar makam unit tersebut, yakni unit Buddha, banyak warung dan gubuk liar yang sering dijadikan tempat untuk melakukan perbuatan kriminal, salah satunya yaitu transaksi narkoba.

"Banyak sekali gubuk-gubuk liar itu, apalagi yang di pinggir pagar. Berapa kali di sana ketangkep orang lagi transaksi narkoba malam-malam," kata pengurus TPU Menteng Pulo, Rachman, Selasa (7/4/2015).

Lokasi makam unit Buddha terpisah dari unit-unit lain yang lahannya lebih luas, seperti unit Islam dan Kristen. Untuk menuju makam unit Buddha dari pintu depan TPU Menteng Pulo, peziarah harus berjalan cukup jauh dan melewati sebuah sekolah, kantor lurah Menteng Atas, dan pasar.

Tempatnya pun tidak ada papan nama, hanya berupa gang kecil di sebelah kiri jalan. Gubuk-gubuk liar itu, kata Rachman, sudah berdiri cukup lama. Pihak pengurus mengakui sudah pernah menertibkan gubuk dan bangunan liar lainnya yang rata-rata terbangun dari terpal. Namun, setelah ditertibkan, gubuk serupa muncul lagi.

Rachman mengatakan, pihak di balik gubuk dan bangunan liar itu adalah preman-preman yang ingin mencari keuntungan tersendiri. Para preman bahkan ikut menawarkan lahan untuk dijadikan makam, padahal sudah tidak ada lahan lebih untuk makam baru.

"Di kita sini, sudah enggak ada (lahan makam) yang baru. Palingan kita pakai tanah yang sudah kedaluwarsa alias yang enggak diperpanjang-panjang lagi sama ahli waris," tambah Rachman.

Masalah mengenai preman makam ini diiringi dengan minimnya petugas keamanan di makam. TPU seluas sekitar 30.000 meter persegi ini hanya dijaga dua hingga empat petugas keamanan. Status para petugas keamanan itu adalah pekerja harian lepas. Mereka juga hanya bekerja dari pagi hingga sore seperti pegawai pada umumnya.

"Kita sudah minta di rapat buat diadakan security tambahan, tapi anggarannya terbatas. Satu tahun kontraknya untuk empat orang," ujar Rachman.

Untuk mengetahui kondisi makam di unit Buddha, Kompas.com coba memasuki makam itu dengan mengaku sebagai salah satu ahli waris. Pemandangan pertama yang didapatkan saat memasuki makam unit Buddha itu adalah rumput yang tak terurus. Kemudian ada beberapa anak muda yang berkumpul dan menduduki salah satu makam di sana sambil merokok dan mendengarkan lagu dari ponsel mereka.

Tidak beberapa lama, seorang yang mengaku sebagai penjaga makam menghampiri. Orang yang tidak mengenakan seragam itu menawarkan bantuan untuk mencari sebuah makam. Setelah setuju untuk dibantu, muncul lagi satu orang pria dewasa lainnya yang mengarahkan ke makam bagian lain.

Sesampainya di sana, mereka berbincang terlebih dahulu kepada orang di pos sebuah organisasi kemasyarakatan. Setelah itu, dua orang pria ini kembali mengantar ke bagian makam yang lebih menjorok ke dalam dan jauh dari jalan besar.

Saat itu, waktu menunjukkan pukul 16.30 WIB. Banyak anak kecil yang bermain di area makam. Tidak jarang para bocah tersebut menginjak-injak makam sambil bermain layangan, mobil-mobilan, dan kejar-kejaran satu sama lain.

Beberapa batu nisan di bagian makam sudah rusak. Sebagian lagi tidak kelihatan tulisannya sama sekali. Dua orang yang mengaku sebagai penjaga itu selalu mengikuti dan menanyakan ingin ke makam atas nama siapa. Mereka tetap berada di sekitar sana sampai Kompas.com memutuskan untuk pamit dari area makam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com