Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Dicari Orang Pilih Tinggal di Rumah Kos?

Kompas.com - 16/04/2015, 13:24 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai lokasi tujuan utama perantauan, Ibu Kota Jakarta banyak menyedikan sarana penginapan, kos-kosan hingga rumah kontrakan bagi warga pendatang. Namun, tidak sedikit juga warga Jabodetabek yang memilih tinggal di rumah kos agar lebih dekat ke tempat aktivitasnya, seperti kuliah atau bekerja.

"Saya dulu waktu kuliah nge-kos juga di Jakarta. Padahal rumah orang tua di Depok. Males bolak balik, jauh, jadi nge-kos," ungkap Putri (29), Kamis (16/4/2015).

Terkait kriteria rumah-rumah kos ideal menurut Putri, yang penting bebas. Sebab, ketika tinggal di rumah, dia kerap terkena marah orangtuanya karena pulang malam. Dengan tinggal di kos, dia bisa menghindari hal itu.

"Iya, kalau cewe kan suka diomeli kalau pulang agak malam. Kalau nge-kos kan ga ada yang ngomelin. Tapi tergantung kos-kosannya juga," tutur Putri yang pernah nge-kos di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan.

Senada dengan Putri, Bunga (25), salah satu warga Bekasi, Jawa Barat, mengaku risih jika peraturan di rumah kos terlalu ketat. Sehingga, ia memilih kos yang tidak terlalu banyak aturan, khususnya dalam menerima tamu. Termasuk membawa pacarnya ke kos.

Hal tersebut dianggapnya sebagai hal yang lumrah untuk kehidupan di Ibu Kota. Sehingga, dia pun dapat melakukan hal-hal yang bersifat privasi dengan pacarnya di kos-kosan miliknya.

"Sekarang kan sudah enggak zaman lagi pacaran di mal. Di kosan lebih hemat dan privasi. Jadi, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih jika harus chek in ke hotel atau penginapan," ungkap Bunga menceritakan pengalamannya nge-kos di wilayah Kalibata beberapa tahun lalu.

Bunga menampik jika dirinya sudah sering melakukan hubungan intim dengan pacarnya di rumah kos. Namun, mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta itu mengaku hal tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka. Dia tidak merasa khawatir jika suatu saat ada penggrebekan pasangan non-muhrim di kos saat sedang berduaan dengan sang pacar. Sebab dia terlebih dahulu saat mencari rumah kos yang dianggap strategis secara pergaulan.

"Makaya cari kos-kosanya yang 'aman' dan penjaga kos-kosannya yang tidak resek. Kalau bisa, pemilik kosnya tidak tinggal di areal kos-kosan. Kalau penjaga kos-kosan kan mereka biasanya cuek-cuek aja, ada tamu cewek atau cowok, mampir sebentar atau menginap," tutur dara yang nge-kos di wilayah Rawa Belong, Jakarta Pusat tersebut.

Septradi (25), warga Cianjur, Jawa Barat, mengatakan, memilih rumah kos tergantung dari selera dan karakter orangnya. Dia, yang menghuni rumah kos di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat, mengaki banyak godaan tinggal di rumah kos. Salah satunya untuk mengajak pasangan bukan muhrim untuk menginap. Namun, hal tersebut dapat dibentengi dengan kegiatan-kegaitan yang positif.

"Tempat (kos-kosan) saya sih bebas juga. Tapi, saya tidak pernah ajak cewek nginep. tergantung individunya juga. Kalau kita positif, tentu nge-jalaninnya juga positif," ujarnya.

Menurut Septradi, rumah kos yang beraturan ketat memang dihindari sejumlah calon penyewa. Selain soal alasan kebebasan beraktivitas, kos-kosan dengan aturan yang longgar membuat interaksi antar penghuni jadi lebih cair.

"Kalau kos-kosannya terlalu ketat, jadi serba kaku nantinya penghuni kosan. Beda kalau kos-kosannya bebas, penghuninya pasti bisa lebih cair. Jadi kalau ada yang bawa pasangan lawan jenis, sudah sama-sama tahu aja itungannya," ujar karyawan yang sedang menyelesaikan studi S1-nya tersebut.

Meski demikian, ada juga yang menolak tinggal di rumah kos yang tanpa aturan. Fauzi (35), mengaku tinggal di rumah kos yang ada aturan jelas menjadi pilihan huniannya selama di Ibu Kota.

Warga Tangerang itu beranggapan, rumah kos dengan aturan yang jelas tentu menjamin penghuninya juga berasal dari kalangan yang jelas.

"Itu malah bagus kalau ada aturannya. Teman-teman saya tidak pernah mengeluh saat dimintai KTP ketika bertamu. Termasuk juga, peringatan agar pulang jika mendekati pukul 10 malam. Hidup ini kan perlu aturan agar tertib. Kalau mau tanpa aturan, tinggal di hutan aja," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com