Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Diresmikan, Balai Betawi Sudah Mulai Rusak

Kompas.com - 27/04/2015, 15:31 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gapura megah di Gang Setu Babakan Jalan Kahfi II, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, menjadi penanda Pusat Perkampungan Budaya Betawi (PBB). PBB atau Zona A terletak tepat di tengah permukiman warga RT 13 RW 8 Setu Babakan, sekitar lima menit jika ditempuh dari jalan utama.

"Sebelah sana, Mas, yang atapnya tinggi," ujar seorang warga saat ditanyakan lokasi PBB Zona A.

Pantauan Kompas.com, gerbang utama gapura tersebut tidak terkunci. Bahkan, pintu menganga tanpa penjagaan.

Tepat di sebelah kiri begitu memasuki gerbang, ada sebuah pos jaga yang kosong. Hanya ada sebuah buku tamu berikut meja dan kursi.

Tak jauh dari pos jaga, ada area parkir khusus mobil yang diketahui dari tulisan penanda "parkir mobil". [Baca: Ahok: Balai Betawi Habiskan Rp 120 Miliar, tetapi Atap Bocor]

Lalu ada tiga tempat sampah beda jenis, serta sebuah kotak hydran yang tak tahu ke mana isinya. Dari sana, terlihat gedung megah berlantai tiga dengan tiga pintu utama masing-masing sebesar 4 meter x 2 meter.

Saat menengadah di depan pintu tersebut, dua buah CCTV terpasang di kiri dan kanan pojok plafon pintu depan, entah aktif atau tidak.

"Bangunan ini nantinya untuk museum. Sementara dijadikan kantor karena belum ada isi (perabotan interior)," ujar Kepala Unit Pengelola Terpadu PBB, Supli Ali, di lobi utama gedung museum.

Rampung 70 persen

Secara keseluruhan, fisik bangunan yang ada di Zona A sudah rampung 70 persen. Saat ini tengah dilakukan perawatan sekaligus perampungan fisik bangunan yang belum tuntas.

Selain gedung museum sekaligus kantor pengelola, di Zona A juga terdapat wisma, diklat seni dan budaya, serta ruang serba guna yang berbentuk kerucut.

"Kalau untuk pengerjaan sudah dilakukan sejak 2012. Masih ada beberapa bangunan yang belum rampung, seperti gedung serba guna masih 70 persen, nantinya untuk pertunjukan tertutup berkapasitas 500 penonton," ujarnya.

Keluar sedikit dari lobi gedung museum, akan terlihat sebuah panggung terbuka berbentuk lingkaran yang dikelilingi kolam yang dipenuhi jamur.

Di sekeliling panggung berkolam itu ada bangku penonton yang terbuat dari semen berbentuk setengah lingkaran. Beberapa tangganya juga terlihat berjamur dan digenangi air.

"Sejak dibangun belum ada pengelola yang merawat bangunan. Ibarat rumah, kalau enggak ada yang isi (jaga) jadinya enggak terawat kan. Belum lagi faktor alam, seperti hujan atau panas," kata Supli Ali. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com