Direktur Operasional PT MRT Albert Tarra mengatakan, tujuan menyertakan masinis adalah untuk mengantisipasi kondisi darurat yang tidak akan bisa tertangani oleh petugas yang berada di ruang kontrol.
"Dalam kondisi darurat, misalnya untuk membuka tutup pintu. Yang seperti itu kan harus membutuhkan masinis," ujar dia usai acara penandatangan kontrak pengadaan sarana penunjang sistem perkeretaaapian, di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (30/4/2015).
Meski terkesan akan lebih banyak "menganggur", PT MRT menyatakan orang-orang yang akan direkrut sebagai masinis tetaplah orang yang memiliki pengalaman dalam hal pengoperasian layanan perkeretaapian.
Sebab peran masinis akan diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya kendala dalam layanan MRT, misalnya ada kereta yang mengalami mogok.
"Kalau mogok, nanti kan masinis bertugas membawa kereta dari lokasi mogok ke depo. Kondisi yang seperti itu kan tidak bisa kalau lewat control room," ujar Direktur Konstruksi Muhammad Nasyir.
Sebelumnya, Direktur Utama Dono Boestami mengatakan, sistem yang nantinya digunakan dalam layanan MRT di Jakarta adalah sistem persinyalan communication based train control (CBTC). Menurut dia, sistem ini akan menjadi sistem persinyalan terbaru dan pertama yang digunakan di Indonesia.
Dono menjelaskan, sistem CBTC menerapkan sistem persinyalan otomatis di mana perjalanan dikendalikan melalui pusat kontrol. Menurut dia, sistem ini akan membuat kedatangan antar kereta di stasiun dihitung berdasarkan perhitungan waktu, bukan jarak.
Hal inilah yang membuat kedatangan antar kereta di stasiun dapat diterapkan di bawah lima menit. "Masinis hanya bertugas menekan tombol buka tutup pintu. Selebihnya pengendalian ada di control room," ucap Dono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.