Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kepala Bappeda Lapor Ahok Ketika Terima Uang Gratifikasi

Kompas.com - 14/08/2015, 18:51 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Tuty Kusumawati menceritakan mengenai pengalamannya menerima uang gratifikasi sebesar Rp 50 juta dan 100.000 yen. Tuti mengaku sangat terkejut begitu menerima uang itu dan langsung melapor kepada Gubernur DKI Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama.

"Saya tuh pas tahu, 'Lho ini apa?'. Kaget kan, jadi saya langsung lapor Pak Gubernur, terus kata Pak Gubernur, 'Serahkan langsung ke KPK, Bu!'," ujar Tuty di Balai Kota DKI, Jumat (14/8/2015).

Akan tetapi, Tuty enggan memberi tahu siapa pihak yang telah memberi uang itu kepadanya. Dia juga enggan memberi tahu untuk apa uang tersebut diberikan.

Setelah Tuty menyerahkan uang tersebut kepada KPK, barulah Inspektorat DKI diberi tahu bahwa Tuty telah diberi uang gratifikasi oleh oknum tertentu.

Tuty mengaku sebenarnya juga masih belajar membedakan bentuk gratifikasi yang mungkin akan sering ditawarkan kepada dia selama menjadi Kepala Bappeda.

Sulit bedakan

Jika ditawari uang, Tuty mengaku sudah pasti akan menolaknya atau menyerahkan uang tersebut ke KPK. Namun, yang sulit, kata Tuty, membedakan bentuk gratifikasi dalam bentuk barang.

Kata dia, diperlukan panduan khusus untuk mengetahui pemberian mana yang boleh dan tidak boleh diterima.

"Karena selain uang, kan juga ada barang, maka yang perlu kita pahami barang ini bentuknya sejauh apa, bagaimana, ada juga faktor kekerabatan lokal yang memang sudah terjalin sejauh mana yang boleh, sejauh mana enggak, itu juga yang perlu kita pelajari. Kita perlu clear banget-banget-lah."

"Itu makanya saya mau pelajari banget-banget itu petunjuk teknis secara detail. Tetapi, kalau benar-benar uang cash, saya pikir ya memang kita harus jangan terima, prinsip dasarnya begitu," ujarnya.

Tuty mengatakan akan mengimbau kepada staf-stafnya untuk ikut memerangi segala bentuk korupsi. Apalagi, Bappeda merupakan institusi perencanaan setiap pembangunan di Jakarta.

"Jadi kita ingin dari perencanaan saja sudah clear, tidak ada unsur korupsi apa pun," ujar dia.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku, pihaknya menerima laporan adanya gratifikasi yang mengalir kepada sejumlah PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Ahok, sapaan Basuki, menyebut salah seorang pejabat yang menerima gratifikasi adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DKI Tuty Kusumawati.

"Kami dapat laporan masih ada setor menyetor dan (gratifikasi) ini sudah dilaporkan ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) kan ada unit gratifikasinya. Ada kontraktor kasih Bu Tuty gratifikasi Rp 50 juta dan 100.000 yen. Berarti kemungkinan uang ini bukan cuma kasih ke Bu Tuty, ada juga diberikan ke yang lain," kata Basuki. (Baca: Ahok: Kontraktor Kasih Gratifikasi ke Kepala Bappeda Rp 50 Juta dan 100.000 Yen)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Megapolitan
Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com