JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, yang direlokasi ke rumah susun Jatinegara Barat melemah. Pedagang belum mempunyai lapak untuk berjualan. Pemerintah berencana menata perekonomian warga setelah semua relokasi selesai dilakukan.
Yetti Mayasari (33), warga yang dulunya pedagang, duduk seharian di dalam rusun berukuran 6 meter x 5 meter. Saat di Kampung Pulo, ia biasanya menjual ketupat sayur dan pecel lele di depan rumahnya. "Di sini, saya belum tahu mau bekerja apa," katanya, Rabu (26/8/2015), di Rusun Jatinegara Barat.
Di Kampung Pulo, ia biasanya bisa meraup keuntungan Rp 100.000 per hari. Uang itu ia gunakan untuk biaya hidup sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya. Ia berharap pemerintah segera memberi lapak kepada pedagang agar mereka bisa segera berjualan.
Yetti mengatakan, pengelola rusun telah mendata warga yang dulunya berdagang di Kampung Pulo. "Namun, belum ada kepastian kapan kami mulai bisa berdagang," katanya. Selama seminggu hidup di rusun, Yetti membiayai hidup dari tabungannya.
Berbeda dengan Sunarsi (45), ia sudah menggelar dagangannya berupa minuman cepat saji dalam kemasan di depan unit rusunnya. "Saya menghidupi keluarga dari keuntungan berdagang. Jika tidak berdagang, kami mau makan apa," katanya.
Namun, Sunarsi hanya bisa mendapat untung Rp 20.000 per hari dari biasanya Rp 80.000 saat di Kampung Pulo. "Kalau di Kampung Pulo kan ramai. Di sini yang membeli paling hanya dari satu lantai," katanya. Ia berharap pemerintah segera menyediakan lapak agar ia bisa mendapat keuntungan lebih.
Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardana menyatakan, pihaknya sudah mendata warga yang berprofesi sebagai pedagang di Kampung Pulo. Namun, data itu akan dicek lebih dulu untuk memastikan mereka benar-benar berdagang saat di Kampung Pulo.
"Kami akan menjadikan lantai dua rusun menjadi lapak dagangan," kata Bambang. Lapak berukuran sekitar 30 meter x 30 meter itu akan didesain sedemikian rupa untuk dijadikan sebagai pusat dagangan di rusun.
"Saat ini, kami masih fokus memindahkan warga ke rusun. Setelah itu, kami akan menata perekonomian warga, salah satunya dengan menyediakan lapak berdagang bagi warga yang dulunya berjualan di Kampung Pulo," kata Bambang.
Warga yang secara langsung merasakan dampak pemindahan terhadap perekonomian keluarga adalah pedagang. Mereka belum bisa berdagang di rusun dan tidak punya kemampuan untuk mencari pekerjaan lain.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merelokasi warga dari 520 bidang tanah di bantaran Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, sejak Kamis (2/8/2015), sebagai bagian dari proyek normalisasi Sungai Ciliwung.
Warga yang terdampak proyek normalisasi diberikan kompensasi berupa hak sewa di Rusun Jatinegara Barat yang berjarak 500 meter dari Kampung Pulo. "Kami berupaya agar relokasi tidak mengganggu perekonomian warga. Salah satunya dengan membangun rusun yang dekat dengan permukiman warga sebelumnya," ujar Bambang. (B01)
________________________
Berita ini juga tayang di Kompas Siang edisi Rabu, 26 Agustus 2015. Berikut ini tautannya:
Warga Relokasi Kampung Pulo Menunggu Penataan Lapak Berdagang