"Saya tiap tahun ke sini. Kalau datang pagi-pagi biasanya masih kebagian kupon," kata Hani.
Itu kejadian setahun lalu. Tentu saja, tak hanya Hani punya pengalaman seperti itu. Banyak warga asal Depok, Bekasi, dan Tangerang rela menempuh perjalanan puluhan kilometer menuju Istiqlal demi mendapatkan jatah daging kurban. Alasannya, mereka tidak mendapatkan jatah dari masjid di sekitar tempat tinggal mereka.
Pantauan KOMPAS.com, penyebaran daging saat musim kurban belum cukup merata. Berdasarkan data BPS tahun 2014, ada sekitar 394 ribu penduduk miskin menyebar di berbagai daerah di Jakarta. Sementara itu, pembagian daging kurban di Mesjid Istiqlal pada 2014 saja hanya mampu mencukupi kebutuhan 7.000 jiwa. Di sisi lain, rasio gini (derajat ketidakmerataan) distribusi pendapatan penduduk juga mengalami kenaikan dari 0,364 pada 2013 menjadi 0,436 pada 2014.
"Artinya, pendapatan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin semakin timpang,” ujar Yurianto, Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta.
Angka di atas baru menghitung wilayah Jakarta saja. Secara nasional, pada 2014, BPS mencatat ada sebanyak 27,73 juta penduduk miskin di Indonesia. Angka ini mencapai 10,96 persen dari jumlah total penduduk.
Sebenarnya, menurut cendikiawan muslim Prof M. Quraish Shihab, tujuan berkurban adalah untuk membantu orang-orang yang sedang kesulitan, bukan sekadar menyembelih saja. Hal ini dimaksudkan agar terwujud kesadaran sosial sekaligus menghapus kesenjangan ekonomi antara si miskin dan si kaya.
Namun, pada praktiknya, jumlah partisipasi kurban di Indonesia saat ini, menurut Forum Zakat, tak lebih dari 10 juta orang. Jumlah ini tentu masih bisa dikembangkan. Tapi, dalam penyalurannya, hasil kurban cenderung belum menyentuh warga di kantong-kantong kemiskinan di wilayah pinggiran kota dan desa-desa terpencil yang letaknya cukup terisolasi.
"Di daerah-daerah terpencil bahkan di kampung-kampung terdalam banyak terdapat warga yang tergolong duafa. Ini merupakan sasaran kurban yang jarang dibidik,” kata M Khoirul Muttaqin, Direktur Utama Lazismu, kepada KOMPAS.com, Kamis (10/9/2015).
Untuk itu, lanjut dia, diperlukan kerja sama antarlembaga atau swadaya masyarakat khusus yang mampu melakukan penyaluran hasil kurban ke daerah-daerah tersebut. Upaya yang dilakukan Lazismu, misalnya. Lembaga pengelola kurban ini tercatat sering menyambangi kantong-kantong kemiskinan di daerah pinggiran, salah satunya di Muara Baru, Jakarta Utara.
"Warga di sini kebanyakan buruh nelayan,” ucap Tatang Ruchyat, penanggung jawab kegiatan kurban saat itu.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, warga Muara Baru berkesempatan merayakan Idul Adha dengan sekilo daging kurban. Erni, salah satu warga sempat menceritakan bahwa ia tak perlu berdesakan apalagi berebut untuk mendapat jatah.
"Alhamdulillah, dibagikan secara merata,” tuturnya.
Qurban bersama