Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panggilan "Daeng" yang Disegani di Kolong Tol Pluit

Kompas.com - 24/02/2016, 07:31 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Saat itu, langit baru berganti dari sore menuju malam. Namun, kolong Tol Pluit sudah tampak gelap. Dari kejauhan, datang tiga orang, dua perempuan dan satu laki-laki.

Dua perempuan itu berpakaian celana pendek, sekitar 20 sentimeter di atas lutut. Bajunya juga tampak ketat, sedangkan satu laki-laki tersebut memakai baju lengan dan celana panjang.

Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar obrolan ketiganya. Salah satunya ialah tentang terjadinya keributan di kolong Tol Pluit. Keributan tersebut terjadi di salah satu tempat di bagian tengah kolong Tol Pluit.

"Kalau di sini, jangan macam-macam. Kita kan segan sama Daeng R (inisial)," nasihat salah satu perempuan kepada pria tersebut.

Seakan sudah mengerti konsekuensinya, nama "daeng" tak lagi disebut. Ketiganya kemudian terlibat obrolan yang sama dan terus berulang. Di sela-sela pembicaraan soal keributan, ketiganya juga terlibat obrolan ringan satu sama lain.

Obrolan tersebut terdengar memakai bahasa vulgar. Namun, dari pengamatan Kompas.com, mereka sudah biasa dengan obrolan tersebut sebab tak ada rasa canggung di antara mereka.

"Kaki gue udah gemeter aja ini, 'main' aja belum," kata salah satu perempuan.

"Main" di sini sebagai pengganti kata-kata vulgar dari si perempuan. Obrolan mereka mengisyaratkan bahwa mereka pekerja seks komersial (PSK). Sebab, beberapa kali menyinggung soal tempat kerja.

"Ah elu, giliran gue tidur, lu 'merek' (kerja), kalo lu tidur, gue 'merek' (kerja)," celetuk salah satu perempuan.

Namun, tak jelas apakah mereka bagian dari PSK Kalijodo atau PSK di tempat lain. Salah satu pria, sebut saja Ican (27), warga di kolong Tol Pluit, menyebut bahwa tak semua PSK Kalijodo pulang kampung.

Sebagian dari mereka bertahan di kolong Tol Kalijodo. "Di sana (sisi timur) kayaknya baru-baru semua itu dari belakang (Kalijodo)," kata Ican, Selasa (23/2/2016).

Namun, lanjut Ican, tak sedikit juga PSK pergi ke kampung halamannya masing-masing. Mereka dipulangkan beberapa hari sebelum Operasi Pekat.

"Misalnya ke Surabaya. Ya dipulangin gitu," kata Ican. (Baca: Ke Mana Perginya PSK Kalijodo?)

Sebelumnya, salah satu eks warga Kalijodo, Mawar (bukan nama sebenarnya), mengungkapkan tak semua pemilik kafe di Kalijodo, khususnya kerabat Abdul Azis atau Daeng Azis, menempati rumah mewah.

Menurut Mawar, para pemilik kafe tinggal di kolong Tol Pluit. Lokasi kolong Tol Pluit berada tepat di depan kawasan Kalijodo.

"Walaupun punya bar (kafe), yang punya bar itu tinggalnya di kolong (Tol Pluit), kecuali Daeng Azis itu," kata Mawar kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (22/2/2016). (Baca: Setelah Kalijodo, Pemerintah Incar Permukiman Kolong Tol Pluit)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Megapolitan
Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com