Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kata PT Pulomas Jaya soal Penggusuran Jalur Pacuan Kuda

Kompas.com - 14/04/2016, 12:59 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Jalur pacuan kuda di lapangan pacuan kuda Pulomas di Pulogadung, Jakarta Timur, terkena dampak pengembangan sarana olahraga equestrian (lompat kuda) untuk kepentingan ASEAN Games 2018.

Sebagian pihak menilai, pengembangan equestrian ini menggusur jalur pacuan kuda yang sudah ada sejak masa Gubernur DKI Ali Sadikin itu.

Direktur Utama PT Pulomas Jaya Landi Rizaldi mengatakan, lapangan pacuan kuda Pulomas mempunyai keterbatasan lahan sehingga tidak memungkinkan untuk menggabungkan equestrian dengan jalur pacuan.

"Kita harus memilih mau ASEAN Games (equestrian) di Pulomas atau pacuan yang di Pulomas, tidak bisa digabung kedua-duanya," kata Landi kepada Kompas.com di Jakarta, Kamis (14/4/2016).

Sebab, sesuai standar internasional olahraga berkuda dunia, pihaknya mesti menambah sejumlah fasilitas. Sebut saja kandang kuda dari 160 kandang saat ini, maksimal harus menjadi 190 kandang. Itu pun mesti ditambah tempat pemandian kuda sehingga total kandang yang diperlukan sebanyak 240.

Selain itu, pembangunan training arena 1 dan 2, lunguing and horse walker, serta colleting arena juga memotong jalur pacuan yang sudah ada. Masalah teknis lain yaitu 32 hektar lahan pacuan kuda Pulomas tidak semuanya berupa tanah. Tujuh hektar di antaranya adalah danau, dan sisanya 1,7 hektar untuk tempat parkir.

Ada beberapa titik yang mesti diuruk 2,5 meter lantaran bisa berpotensi banjir karena permukaan tanah yang rendah.

"Otomatis kalau kita uruk 2,5 meter, trek pacu hilang," ujar Landi.

Selain itu, tambah dia, ada faktor medis yang mengharuskan adanya tempat karantina bagi kuda sebelum bertanding. Pihaknya membantah tidak melibatkan Asian Equestrian Federation (AEF) dan Federation Equestrian International (FEI), organisasi olahraga berkuda asia dan dunia itu, dalam merencanakan desain.

Ia mencontohkan, pihaknya pernah mengajak Presiden AEF San Jing Park, yang menengok langsung area pacuan kuda Pulomas, setelah menemui Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama awal tahun ini. Pihaknya telah mengikuti saran AEF untuk mengecilkan luas lapangan mengikuti aturan AEF.

"Dalam tim perencanaan, kami juga gunakan tim ahli dari FEI. Kami minta sarannya," ujar Landi. (Baca: Pordasi DKI Tolak Penggusuran Pacuan Kuda oleh Pulomas Jaya)

Pihaknya mengatakan, Pordasi sebenarnya telah diajak terlibat dalam mendesain. Namun, pada suatu rapat, saat Pordasi diminta mengajukan guide line, jawabannya justru Pulomas diminta memberikan desain lalu akan diajukan ke badan olahraga dunia.

"Dalam rapat ASEAN Games mingguan, sekjennya (Pordasi) yang minta usulan desain dari Pulomas Jaya karena saya minta berulang kali mereka enggak bisa beri, kemudian minta tolong Pak Landi buat dulu. Itu sebelum desain yang sekarang ini ada," ujarnya.

Olahraga prestasi

Menurut Landi, atas sejumlah keterbatasan tadi, untuk menyukseskan ASEAN Games 2018, mau tak mau jalur pacuan kuda terpaksa kena dampak pembangunan. Pihaknya heran mengapa Pordasi mempertahankan pacuan kudanya.

Landi mengatakan, pacuan kuda adalah olahraga rekreasi. Sementara equestrian merupakan olahraga prestasi.

"Olahraga prestasi itu dia dipertandingkan sampai di jenjang olimpiade. Nah, jadi equestrian bisa mengibarkan bendera Merah Putih di negara lain," ujarnya.

"Pacuan kuda itu olahraga hobi tidak pernah dipertandingkan di multievent, jadi kalau pacuan kuda yang menang ya nama kuda, nama joki, dan pemiliknya saja karena memang itu individual. Tetapi, kalau equestrian, itu membawa nama negara," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com