Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Sekda DKI Bicara tentang Ahok

Kompas.com - 28/04/2016, 13:52 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah ada beberapa pegawai negeri sipil (PNS) DKI Jakarta yang memilih mengundurkan diri dari jabatan, bahkan dari PNS, pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Dari mereka mengundurkan diri itu, beberapa di antaranya merasa bahwa mereka tidak bisa berkinerja baik untuk mendukung kerja Ahok.

Bagaimana tanggapan Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Saefullah, tentang fenomena PNS yang mundur itu?

"Pernah saya bilang sama beliau, 'Bapak (Ahok) ini kan lahir sudah dengan kecukupan, gizinya cukup, sekolahnya benar, kuliahnya benar, dengan gizi yang cukup, tentu punya power yang cukup, kecepatan berpikir yang cukup gitu kan'," kata Saefullah di Balai Kota, Kamis (28/4/2016).

"Waktu itu saya bilang, 'Pak, (bertindak) agak pelan sedikit. Karena kita-kita ini kan, contohnya saya anak singkong, sekolahnya juga ala kadarnya, berpikirnya juga mungkin seadanya. Jadi mungkin agak pelan sedikit'," kata Saefullah saat menirukan ucapannya kepada Ahok.

Ahok kemudian menanggapi permintaan Saefullah itu dalam sebuah kesempatan saat berpidato.

"Beliau dalam pidatonya bilang, 'Saya diminta sama Sekda agak sabar, agak pelan. Saya mau (bertindak atau bekerja) kencang aja nih'. Ya sudah itu kan pilihan, saya ya menyesuaikan saja," kata Saefullah.

Karena itu, kata Saefullah, anak buah yang harus menyesuaikan diri dengan pimpinan. Bukan pimpinan yang harus menyesuaikan diri dengan anak buah.

Saefullah mengaku bisa bekerja dengan siapapun. "Kalau saya dengan siapapun oke-oke aja, karena enggak ada kepentingan. (Bekerja) dengan siapapun, saya merasa cocok," kata Saefullah.

Selama Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, sudah ada tiga pejabat eselon II atau setingkat kepala dinas dan wali kota yang mengundurkan diri, yaitu mantan Kepala Dinas Perindustrian dan Energi Haris Pindratno, mantan Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Tri Djoko Sri Margianto, dan terakhir mantan Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi.

"Kalau saya, saya anggap sepanjang itu positif, mengandung kebenaran yang universal dan bermanfaat buat orang banyak, bagi saya enggak ada masalah," kata mantan Wali Kota Jakarta Pusat tersebut tentang berbagai kebijakan dan tindakan atasannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com