Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Jejak Pemalsuan KTP di Jalan Pramuka

Kompas.com - 11/05/2016, 07:42 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bisnis pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) palsu yang dilakukan di Jalan Pramuka, Jakarta Pusat, bukanlah hal baru. Bisnis pemalsuan dokumen di sana pernah digerebek Polda Metro Jaya pada Mei dan November 2015 terkait maraknya pemalsuan ijazah perguruan tinggi saat itu.

Namun, penggerebekan yang dilakukan polisi itu tidak sepenuhnya memberantas bisnis kotor tersebut. Sebab, jasa pemalsuan KTP dan dokumen lainnya di Pramuka hingga kini masih beroperasi.

Selasa (10/5/2016), Kompas.com mencoba menelusuri pembuatan KTP palsu tersebut.

Pada penggerebekan yang dilakukan polisi tahun 2015 diketahui bahwa praktik pemalsuan dokumen dilakukan di kios berkedok jasa pengetikan. Para pelaku yang ditangkap juga memiliki jasa pengetikan di Pramuka.

Kali ini, di Jalan Pramuka itu masih berderet kios-kios usaha jasa pengetikan. Aktivitas di sana terlihat normal. Meski begitu, bisnis pemalsuan KTP di sana masih dapat ditelusuri. Melalui seorang juru parkir, Kompas.com mengetahui bisnis itu masih beroperasi.

Bahkan, si juru parkir sendiri menyebut dapat membantu mengurus pembuatan KTP itu.

"Bisa. Buatnya enggak di sini, rawan soalnya sekarang. Ada kontrakan," kata juru parkir itu.

Dia enggan menyebutkan di mana pembuatan KTP palsu tersebut dilakukan. Dia pun tidak mengizinkan Kompas.com datang langsung ke tempat pembuatan dokumen itu.

"Nanti tunggu di sini. Saya yang ke sana," ucapnya.

Juru parkir itu menyebut ada dua orang yang bisa membuatkan KTP palsu dan dokumen palsu lainnya, seperti ijazah, akta kelahiran, dan kartu keluarga.

Pembuatan KTP tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam. Pelanggan hanya perlu menyiapkan foto berukuran 3x4 dan identitas diri, seperti nama lengkap, tanggal lahir, dan alamat.

Menurut keterangan juru parkir itu, pembuatan setiap dokumen palsu memiliki tarif yang berbeda. Untuk sebuah KTP elektronik (e-KTP), penyedia jasa memasang tarif Rp 700.000.

"Mau buat KTP biasa apa e-KTP nih? Nanti saya salah (kasih tahu harga). Kalau e-KTP Rp 700.000 (satu e-KTP), kalau banyak bisa Rp 600.000," ujarnya.

Sementara KTP biasa (non e-KTP), dia menyebut satuannya dihargai Rp 300.000.

Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta Mohamad Taufik sempat menyinggung tentang pembuatan KTP palsu di Jalan Pramuka itu beberapa hari lalu. Dia menyinggung hal itu terkait kerja relawan "Teman Ahok" yang terus mengumpulkan KTP untuk Ahok agar bisa maju pada Pilkada 2017 melalui jalur independen.

Taufik menuturkan, pengumpulan KTP itu sangat mudah. Yang sulit adalah meloloskan hasil pengumpulan KTP tersebut di KPUD.

"Ngumpulin satu juta KTP itu gampang, tinggal datang ke (Jalan) Pramuka, bikin sendiri, dan fotokopi sendiri. Saya ingatkan kepada teman-teman saya dari Nasdem dan Hanura," kata Taufik sambil tertawa pada saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com