Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi: Banyak Kejanggalan Terkait Dugaan Pemerkosaan Siswi Magang

Kompas.com - 08/08/2016, 15:15 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi menilai ada banyak kejanggalan dalam laporan siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), M (17), terkait dugaan pemerkosaan oleh tiga oknum pegawai negeri sipil (PNS) Pemprov DKI Jakarta.

Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat, AKBP Tahan Marpaung, Senin (8/8/2016), mengatakan, kejanggalan itu karena keterangan korban dan keterangan para saksi sangat berbeda. Salah satunya mengenai pakaian yang digunakan oleh orang yang diduga pelaku pemerkosaan tersebut.

Dalam laporannya, siswi itu mengaku diperkosa oleh H, A dan Y di kantor Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Pusat.

"Banyak kejanggalan, saya sudah cek ke sana. Menurut pengakuan korban, salah satu yang diduga pelaku berinisial A memakai baju putih, padahal pada hari itu A sedang memakai baju batik warna hijau," kata Tahan saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Tahan menjelaskan, A memakai baju batik berwarna hijau lantaran ia hari itu sedang ada tugas ke luar kantor.

Keterangan para pekerja lainnya juga membenarkan bahwa pada saat itu A sedang berada di luar kantor, yaitu di sebuah hotel di bilangan Jakarta Pusat untuk bertugas.

"Di hotel itu sudah kami cek CCTV-nya, benar ada acara disana dan A ini memakai batik hijau," ucapnya.

Tahan mengungkapkan, dari siswi itu, setelah ia sadar ia melihat pelaku yang memerkosanya menggunakan baju putih dan dua orang lainnya menggunakan baju kuning.

Tahan langsung mengecek ke kantor tersebut dan menemukan bahwa tidak ada seragam dinas yang berwarna kuning.

"Kata korban, salah satu pelaku memakai baju putih dan pelaku lainnya menggunakan baju kuning. Di sana enggak ada yang pakai baju kuning, adanya biru-biru," kata Tahan.

Tahan menuturkan, di kantor tersebut ada enam orang siswi magang. Namun dari pernyataan siswi itu saat kejadian dia tengah sendirian. Padahal dari keterangan rekannya, saat itu dia sedang berdua dengannya.

"Kata korban, dia saat itu sedang duduk-duduk sendiri, tapi kata temannya dia berdua. Dia ngotot sendiri dan temannya juga setelah kami periksa ngotot saat itu korban tengah berdua dengan dirinya," ujarnya.

Saat ini, menurut Tahan, pihaknya masih menunggu hasil visum dari rumah sakit untuk memastikan kasus tersebut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com