Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karet Tengsin, Sepatu Kwet-kwet dan Saudagar Dermawan

Kompas.com - 10/10/2016, 16:34 WIB

Oleh: IRENE SARWINDANINGRUM & AMANDA PUTRI NUGRAHANTI

Haji Amirullah Ayub (76) terlihat penuh semangat mengisahkan semaraknya kehidupan Karet Tengsin di masa kecilnya dulu. Dari kawasan pertanian milik seorang saudagar dermawan bernama Tan Tjeng Sien hingga sepatu Kwet-kwet dari kulit ular dan kodok batu yang pernah terkenal hingga seluruh pelosok Jakarta.

Kelurahan Karet Tengsin di Jakarta Pusat sekarang adalah sebuah kawasan perkampungan dan permukiman padat di kawasan hilir Kali Krukut. Kecuali kuburan Karet Bivak, jejak-jejak sejarah Karet Tengsin kini telah tertelan pertumbuhan dan perubahan tata ruang di pusat Jakarta itu.

"Sekitar tahun 1950-an, semua anak-anak dan remaja di sini tak ada yang tidak kerja. Hampir semuanya pada kerja di usaha kulit buat isi waktu sepulang sekolah. Saya juga dulu habis sekolah sering kerja di rumah tetangga yang punya usaha kulit. Atau mandiin kuda tetangga di pulau kecil di tengah Kali Krukut itu," ujarnya, di rumahnya yang atapnya masih dihiasi lisplang berornamen gigi balang khas rumah adat Betawi di Karet Tengsin, Selasa (13/9).

Haji Amirullah Ayub, yang akrab disapa Haji Yoyok, lahir dan tinggal di Karet Tengsin hingga sekarang sudah mempunyai beberapa cucu. Saat agresi militer Belanda akhir 1940-an, ia bersama ayahnya dan hampir seluruh warga di Karet Tengsin turut mengungsi ke belakang garis depan pertempuran di kawasan Rangkasbitung.

Mereka baru kembali ke Karet Tengsin sekitar tahun 1950. Sejak 1970-an, Yoyok menjadi pegawai kelurahan. Kini, di masa pensiunnya, ia masih dipercaya menjadi Kepala Kampung Karet Tengsin.

Yoyok menceritakan, di masa kecilnya dulu, selain usaha kulit, Karet Tengsin juga pusat usaha rumahan batik. Usaha kulit dimiliki para warga pribumi, sedangkan usaha batik dimiliki warga keturunan Tionghoa. Keduanya menyerap tenaga kerja yang menggerakkan perekonomian warga Karet Tengsin dan sekitarnya.

Usaha kulit di kawasan itu menghasilkan sepatu, tas, sabuk, dan aksesori lainnya. Bahannya dari kulit ular, buaya, kodok batu, hingga biawak. Bahan kulit itu didatangkan dari banyak daerah di Nusantara.

Sepatu kulit dari Karet Tengsin begitu terkenal ke seluruh pelosok Jakarta dan dianggap barang mewah karena harga dan kualitasnya yang tinggi. Daerah pemasaran utamanya, kata Yoyok, adalah kawasan Menteng, yang merupakan kawasan elite Jakarta sejak dulu.

"Sepatu kulit Karet Tengsin dulu terkenal namanya sepatu Kwet-kwet karena bunyinya kwet-kwet' begitu kalau dipakai jalan. Dulu, kalau sudah pakai sepatu Kwet-kwet, wah ini nih, ada orang kaya, nih," katanya.

Bunyi kwet-kwet itu berasal dari mancung atau pembungkus bunga pohon kelapa yang dimasukkan ke dalam sepatu. "Kerajinan kulit Tengsin lama-lama kalah dengan produk luar negeri yang lebih murah. Sejak 1985 sudah tak ada lagi," kata Yoyok lagi.

Berdasarkan catatan Kompas, pada 1979 usaha rumahan kulit di Karet Tengsin menyerap bahan baku kulit 25 ekor buaya dan 4.000 ular per bulannya. Pemilik usahanya saat itu lebih dari 30 orang.

Adapun usaha rumahan batik hilang dari Karet Tengsin pada 1978. Ini disebabkan kebijakan gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, yang melakukan relokasi industri dari pusat Jakarta ke kawasan pinggiran. Alasanya untuk mengurangi pencemaran dari limbah industri.

Semasa masih ada, industri batik itu sempat membuat aliran Kali Krukut yang masuk ke Kali Ciliwung berwarna merah dan biru karena limbahnya. Oleh pemerintah, usaha-usaha ini diberi tempat penampungan di Pulogadung yang disebut Jakarta Industrial Estate Pulo Gadung.

Kini masih ada jejak-jejak pabrik batik di kawasan permukiman di Jalan Karet Pasar Baru. Beberapa rumah pembuatan batik ini masih bertahan dengan bangunan aslinya, bangunan tua yang ditutup dengan tembok-tembok tinggi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pencuri Motor di Bekasi Bawa Pistol, Lepaskan Tembakan 3 Kali

Pencuri Motor di Bekasi Bawa Pistol, Lepaskan Tembakan 3 Kali

Megapolitan
Teror Begal Bermodus 'Debt Collector', Nyawa Pria di Kali Sodong Melayang dan Motornya Hilang

Teror Begal Bermodus "Debt Collector", Nyawa Pria di Kali Sodong Melayang dan Motornya Hilang

Megapolitan
Jakpro Buka Kelas Seni dan Budaya Lewat Acara “Tim Art Fest” Mulai 30 Mei

Jakpro Buka Kelas Seni dan Budaya Lewat Acara “Tim Art Fest” Mulai 30 Mei

Megapolitan
Amankan 2 Konser K-Pop di GBK, Polisi Terjunkan 865 Personel

Amankan 2 Konser K-Pop di GBK, Polisi Terjunkan 865 Personel

Megapolitan
Ada Konser NCT Dream dan Kyuhyun, MRT Jakarta Beroperasi hingga Pukul 01.00 WIB

Ada Konser NCT Dream dan Kyuhyun, MRT Jakarta Beroperasi hingga Pukul 01.00 WIB

Megapolitan
Pastikan Masih Usut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel, Polisi: Ada Unsur Pidana

Pastikan Masih Usut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel, Polisi: Ada Unsur Pidana

Megapolitan
Polisi Sebut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Mandek 2 Tahun karena Kondisi Korban Belum Stabil

Polisi Sebut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Mandek 2 Tahun karena Kondisi Korban Belum Stabil

Megapolitan
Kasus di Polisi Mandek, Keluarga Korban Pemerkosaan di Tangsel Dituduh Damai dengan Pelaku

Kasus di Polisi Mandek, Keluarga Korban Pemerkosaan di Tangsel Dituduh Damai dengan Pelaku

Megapolitan
Minta Pemerkosa Anaknya Cepat Ditangkap, Ibu Korban: Pengin Cepat Selesai...

Minta Pemerkosa Anaknya Cepat Ditangkap, Ibu Korban: Pengin Cepat Selesai...

Megapolitan
Remaja Diperkosa Staf Kelurahan, Pelaku Belum Ditangkap 2 Tahun Usai Kejadian

Remaja Diperkosa Staf Kelurahan, Pelaku Belum Ditangkap 2 Tahun Usai Kejadian

Megapolitan
Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Megapolitan
Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Megapolitan
Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Megapolitan
Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak 'Ngopi' Bareng

Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak "Ngopi" Bareng

Megapolitan
Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com