Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saran Ridwan Saidi untuk Ahok soal Promosi Tempat Bersejarah di Jakarta

Kompas.com - 20/10/2016, 07:31 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Budayawan Betawi, Ridwan Saidi, menilai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak perlu menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur dalam upaya mempromosikan tempat bersejarah di Jakarta.

Fokus yang lebih perlu dikedepankan adalah narasi atau cerita di balik tempat bersejarah yang bisa disampaikan kepada turis.

"Pemda DKI itu senangnya infrastruktur, ada kuburan yang dipugar setahun keluar biaya Rp 300 juta. Kenapa enggak mempromosikan narasi. Di Pasar Ikan yang Ahok (sapaan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama) gusur itu adalah situs-situs penghuni awal Jakarta. Saya menulis rekonstruksi sejarah Indonesia diterjemahkan ke bahasa Arab, dan mereka senang, ternyata orang Arab punya sejarah di sini," kata Ridwan saat menghadiri talk show "Membangun Jakarta untuk Rakyat" yang diadakan DPP PAN, Rabu (19/10/2016).

Ridwan menuturkan, Pemprov DKI Jakarta juga tidak perlu repot-repot memikirkan transportasi bagi para turis. Dari pengalamannya, banyak turis yang berkunjung ke kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, memanfaatkan bus transjakarta lalu menyambung perjalanannya dengan ojek sepeda.

"Ojek sepeda itu, jalan dari Beos kan ojeknya kena angin laut. Si ojek sepeda, kancingnya dibuka. Dari dalam bajunya itu baunya ampun. Tapi saya heran, turis-turis cewek itu demen. Itu saja yang diurus, ganti saja baju si ojek, kasih seragam, kan enggak mahal," tutur Ridwan.

Model promosi tempat bersejarah dengan narasi diyakini Ridwan bisa mendatangkan banyak turis. Hal itu telah dibuktikan oleh pemerintah di Perancis, yang hanya mengandalkan papan nama penjara Bastille dan narasi oleh pemandu wisata. Padahal, bangunan penjaranya sudah tidak utuh lagi.

Selain itu, Ridwan juga mengeluhkan seringnya Pemprov DKI Jakarta mengganti-ganti nama jalan dan tempat. Hal itu dianggap menyulitkan dirinya dan para peneliti sejarah lainnya dalam menceritakan riwayat sebuah tempat ke orang lain.

"Kayak Pulau Bidadari, itu sebenarnya Pulau Putri," ujar Ridwan. (Baca: Pengelola Berencana Pagari Kawasan Kota Tua)

Kompas TV Revitalisasi Kota Tua
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com